digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bandara di seluruh dunia mendiversifikasi bisnis mereka untuk mengurangi ketergantungan pada pendapatan penerbangan sebagai aliran pendapatan utama mereka. Untuk Indonesia, PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai operator bandara negara terbesar yang mengelola bandara tersibuk di Indonesia: Bandara Internasional Soekarno Hatta. Untuk bertahan, PT Angkasa Pura II (Persero) juga harus mengembangkan pendapatan non-aeronautika dan mulai berkembang dari bisnis intinya. Tujuan ini juga sejalan dengan tujuan perusahaan Angkasa Pura II pada tahun 2020, seperti yang ditunjukkan dalam rencana bisnis jangka panjang adalah untuk mencapai bagian dari pendapatan non-aeronautika 50% - 60% dengan manajemen risiko yang baik pada tahun 2020. Untuk meningkatkan persentase pendapatan non-aeronautika dibandingkan dengan pendapatan aeronautika, salah satu cara yang paling efektif adalah untuk memaksimalkan pendapatan dari sektor komersial dan ritel yang belum sepenuhnya dieksploitasi sebagai sumber utama pendapatan non-aeronautika. Identifikasi dan analisis memaksimalkan pendapatan bisnis ritel di Bandara Internasional Soekarno Hatta menggunakan tinjauan pustaka, observasi, dan wawancara. Untuk menganalisis kondisi perusahaan, perlu mengeksplorasi situasi bisnis menggunakan analisis lingkungan eksternal dan analisis kondisi internal. Untuk analisis lingkungan eksternal menggunakan alat Kerangka PESTEL, lima kekuatan Porter dan analisis persaingan, penelitian ini dapat merumuskan peluang dan ancaman di lingkungan sektor eksternal. Sementara itu, dari analisis kondisi internal menggunakan analisis sumber daya, kemampuan dan analisis kompetensi utama, kita dapat merumuskan kekuatan dan kelemahan Soekarno-Hatta. Strategi yang diusulkan berasal dari Strategi Generik Porter bahwa Bandara Internasional Soekarno Hatta dalam bisnis ritel harus menerapkan strategi diferensiasi dan cost-leadership untuk mengendalikan harga tetapi tetap mempertahankan kualitas layanan, dan analisis matriks TOWS digunakan untuk menentukan strategi yang sesuai dan mengembangkan kemampuan dan kompetensi inti dari pengembangan bisnis ritel untuk tetap bertahan dalam bisnis ritel di bandara. Implementasi dalam proyek ini akan diimplementasikan sebagai kebijakan eksekusi yang akan memandu perusahaan untuk mencapai tujuan pendapatan non-aeronautika dan memperluas bisnis. Rencana target maksimum PT Angkasa Pura II dengan menerapkan strategi bisnis ritel yang diusulkan adalah IDR 3.965.478.878 yang akan mewakili 52% dari pendapatan non-aeronautika PT Angkasa Pura II di tahun-tahun mendatang dengan komposisi pendapatan kontribusi dari bisnis ritel di Bandara Internasional Soekarno Hatta sekitar IDR 815.581.726 pada akhir 2023.