digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dalam upaya mengembalikan pertumbuhan penjualan yang telah menurun pada beberapa tahun terakhir, Telkom harus mamperluas bisnisnya. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan inovasi dalam bidang digitalisasi yang sedang menjadi topik utama dalam era revolusi Industry 4.0. Oleh karena itu, Telkom membuat banyak inovasi yang dikembangkan melalui menejemen inovasinya yang juga didanai oleh Telkom sendiri. Inovasi-inovasi yang juga dikenal sebagai startup internal ini diharapkan dapat menjadi business as usual (BAU) di masa depan dan dapat menjadi bisnis baru bagi anak perusahaan Telkom. Salah satu inovasi yang telah dikembangkan adalah perusahaan A yang bergerak dalam industri game. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, revenue perusahaan A tidak tampak mengalami perkembangan yang signifikan. Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan model bisnis yang baru. Namun demikian, karena perusahaan ini sedang dalam fasa penilaian, maka akan segera ditentukan apakah perusahaan A layak untuk dikembangkan oleh anak perusahaan Telkom atau tidak. Untuk mengatasi hal ini, maka valuasi harus dilakukan. Dalam jurnal ini, risk-based new venture valuation technique diharapkan dapat memberikan hasil yang objektif berdasarkan sudut pandang kedua belah pihak. Teknik ini menggunakan teori real option untuk memperhitungkan faktor risiko yang akan diemban oleh investor dalam masa pengembangan startup. Oleh karena industri game dianggap sebagai pasar yang baru berkembang di Indonesia, teknik ini dianggap relevan karena dapat memperhitungkan risiko yang besar yang dialami olah investor. Dalam makalah ini, dibuktikan bahwa metode risk-based new venture valuation technique dapat menggabungkan sudut pandang dari pihak investor dari segi risiko maupun pihak inovator dari segi potensi perusahaan. Hasil perhitungan menggunakan teknik ini menunjukkan bahwa Perusahaan A akan mengalami pertumbuhan sebanyak 668%, 187%, 237%, dan 60% setiap tahunnya dalam kurun waktu lima tahun. Selain itu, hasil valuasi dari perusahaan A mencapai 23,5, 63,6, 178, dan 519,3 miliar rupiah untuk setiap tahapan yang diselesaikan. Hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa modal yang dibutuhkan perusahaan setelah masa percobaan adalah sebesar 2,1% dari total valuasi yang diperoleh pada masa tersebut. Berdasarkan pada hasil perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Perusahaan A memiliki potensi yang besar dan merupakan perusahaan yang bagus untuk dikembangkan lebih lanjut. Kesimpulan ini berlandaskan kepada ekspektasi laju pertumbuhan yang tinggi dalam kurun lima tahun dan nilai ekonomis yang akan didapatkan oleh perusahaan induk selanjutnya.