digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia adalah salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sektor Pertanian membantu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2017. Economist Intelligence Unit (EIU) dan Yayasan Barilla untuk Pangan dan Nutrisi (BCFN) Foundation mengatakan bahwa sektor pertanian Indonesia berada dalam Indeks Keberlanjutan Pangan terbesar ke-25 terbesar. (FSI) Penelitian menunjukkan posisi pertanian Indonesia ke-21 dengan skor 50,77. Produk domestik bruto (PDB) untuk sektor ini untuk kuartal pertama di 2017 naik 7,12 persen dibandingkan dengan kuartal pertama 2016, melebihi PDB Indonesia sebesar 5,01 persen. Peran Pemerintah dalam rangka mendukung Ketahanan Pangan Nasional yang sangat diperlukan dengan dukungan penyediaan pupuk memenuhi prinsip 6 hak yaitu: jenis, jumlah, harga, tempat, waktu, dan kualitas. Untuk membantu petani mendapatkan harga yang terjangkau, pemerintah Indonesia perlu menyediakan pupuk bersubsidi. Pemerintah Indonesia adalah usaha kecil dalam menyediakan bisnis pupuk bersubsidi dalam rangka program pemerintah, yang meliputi petani tanaman pangan, ternak dan petani. PT Holding Company (PIHC) PT Pupuk Indonesia adalah perusahaan yang dapat memproduksi dan mendistribusikan produk bersubsidi. PIHC memiliki beberapa perusahaan milik negara, PT Pupuk Sriwidjaja, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, Tbk, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Petrokimia Gresik. Seluruh perusahaan adalah anak perusahaan dari PIHC, di mana aktivitas perdagangan mereka dibatasi oleh area distribusi produk bersubsidi. Jawa Barat dan Jawa Tengah adalah daerah terbesar di bidang pertanian, sehingga akan berdampak positif pada penjualan UREA dan NPK Pupuk Kujang. Kondisi Pupuk Kujang adalah: 1. Perbandingan antara produk bersubsidi dan non-subsidi hampir 60% untuk produk subsidi dan 40% untuk produk non-subsidi. 2. Pada tahun 2014 hingga 2017, ada penimbunan di gudang Pupuk Kujang. Penimbunan membuat peningkatan biaya persediaan dan itu menunjukkan penurunan penjualan produk. Produksi masih berjalan walaupun persediaan sudah penuh. 3. Tidak dapat menjangkau pasar potensial di Jawa Barat berdasarkan total kebutuhan di pasar dibandingkan dengan total penjualan di tahun. Total penjualan Pupuk Kujang pada tahun berjalan tidak lebih tinggi dari estimasi total kebutuhan yang mencapai 970.000 ton urea dan 1.450.000 ton NPK. Penelitian ini melakukan pertimbangan eksternal, internal dan SWOT tentang sunsidize fertilization. Analisis eksternal terdiri dari Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, Lingkungan dan Legalitas (PESTLE), Porter 5 Forces, Pesaing dan analisis Pelanggan. Analisis internal terdiri dari Segmenting-Targeting-Positioning (STP) dan Bauran Pemasaran (7Ps). Alat untuk mendefinisikan akar penyebab adalah 5 mengapa, yang merupakan penyebab dan hingga 5 kali untuk bertanya atau menjawab. Berdasarkan penelitian, perumusan solusi bisnis memerlukan desain baru STP dan Bauran Pemasaran untuk pupuk bersubsidi. Pupuk Kujang memiliki persediaan peningkatan pupuk bersubsidi, produksi pupuk bersubsidi meskipun inventaris penuh, penjualan pupuk bersubsidi selalu kurang dari produksi dan belum berhasil bersaing dengan pesaing yang telah menjadi alternatif subsidi pupuk di Indonesia. Pupuk Kujang belum memiliki strategi pemasaran khusus untuk meningkatkan penetrasi penjualan subsidi. Segmentasi adalah mengkategorikan semua pelanggan menjadi kelompok pelanggan potensial dengan karakteristik yang sama (Barringer & Irlandia, 2010). Produk memiliki berbagai atribut yang perlu dibayar termasuk branding, kualitas dan kemasan yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian pelanggan (Peter & Donnelly, 2011).