digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Air bersih untuk keperluan sehari-hari merupakan kebutuhan utama masyarakat perkotaan, termasuk Kota Bekasi. Saat ini tingkat pelayanan air bersih di Kota Bekasi, khususnya oleh PDAM Tirta Patriot hanya 20%. Mayoritas masyarakat Kota Bekasi masih menggunakan sumur tanah dangkal dengan resiko pencemaran tinggi. Resiko pencemaran tertinggi berada di Kecamatan Pondokgede. Oleh karena itu, akan dibangun Instalasi Pengolahan Air Minum di wilayah Kecamatan Pondokgede. Sumber air yang digunakan adalah Saluran Kalimalang dengan debit rencana pada tahun 2018 sebesar 21,1 m3/detik. Kapasitas pengolahan IPAM ditentukan dengan pendekatan kebutuhan air perkotaan; domestik, non domestik, hidran kebakaran dan tata kota untuk kebutuhan tahun 2019 – 2038. Kebutuhan air ditentukan oleh proyeksi jumlah penduduk serta fasilitas umum dan sosial. Dengan demikian, kapasitas pengolahan rencana adalah 700 liter/detik dengan target pelayanan 50% dan kehilangan air 20%. Sampel air baku diambil di bulan Agustus di sepanjang Saluran Kalimalang. Berdasarkan uji laboratorium kualitas air, parameter yang tidak sesuai dengan Permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 adalah kekeruhan, warna, total coliform, dan total fecal coliform. Berdasarkan parameter pencemar yang harus diolah dan dasar perencanaan menurut Babbit (1976), Fair&Geyer (1968), dan Kawamura (1990), didapat tiga buah alterniatif konfigurasi pengolahan yang akan dievaluasi menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) dengan empat kriteria; teknis, operasional dan pemeliharaan, ekonomi, dan lingkungan. IPAM Pondokgede direncanakan dibangun pada elevasi ±24,2 m di atas permukaan laut. Konfigurasi unit pengolahan yang digunakan adalah bangunan intake, bak penenang dengan preklorinasi, bak prasedimentasi, bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, bak filtrasi, desinfeksi dan netralisasi, dan bak reservoir. Pengolahan lumpur yang digunakan adalah sludge drying bed.