digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pertumbuhan populasi di perkotaan menunjukkan bahwa kapasitas ketersediaan air yang mulai menurun memerlukan perhatian besar untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat. Sejalan dengan pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang cepat mengakibatkan terjadinya laju peningkatan kerentanan terhadap pasokan air masyarakat. Ketersediaan yang tidak sejalan dengan kebutuhan mengakibatkan adanya dampak yang mempengaruhi aktivitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air khususnya di Kabupaten Tapanuli Tengah. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah secara rutin melakukan upaya untuk meningkatkan pasokan air, tetapi masih terdapat kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan air yang terus melebar di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Kondisi tersebut didukung dengan tingkat cakupan pelayanan air yang masih belum merata dengan jumlah rumah tangga yang terlayani hanya sebesar 18,85%. Rumah tangga yang terlayani juga memiliki masalah dengan adanya dua ratusan kepala keluarga di daerah tersebut yang mengalami krisis air bersih. Krisis air bersih ini diakibatkan karena pasokan air yang mengalir pada instalasi pipa milik PDAM Mual Nauli tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini diakibatkan karena jumlah konsumen yang semakin banyak sementara debit air yang mengalir semakin kecil. Penelitian ini bertujuan menganalisis kondisi eksisting sistem penyediaan air minum, memproyeksikan dan menganalisis kebutuhan air domestik dan non domestik pada sektor fasilitas publik, komersil, sektor peternakan dan perikanan, menganalisis ketersediaan air menggunakan metode NRECA dan Weibull dan menganalisis daya dukung air sebagai landasan dari perumusan skenario dalam mengoptimalkan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air dalam jangka panjang hingga 20 tahun mendatang dengan tahun proyeksi 2023-2042. Daya dukung air dapat diketahui dari perhitungan neraca air mengacu pada jumlah ketersediaan air dan kebutuhan air total. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi eksisting dari cakupan pelayanan air dibandingkan dengan jumlah penduduk total dinyatakan masih belum dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat, sehingga dilakukan skenario pengoptimalan dalam meningkatkan ketersediaan air dengan mengimplementasikan 2 (dua) skenario yaitu: skenario I: Business as Usual (BaU) dan skenario II: Implementasi pengelolaan sumberdaya air wilayah sungai dengan melakukan pengembangan SPAM. Hasil penelitian diperoleh bahwa kebutuhan air total pada tahun 2023 sebesar 7.611.269 m3 /hari mengalami peningkatan hingga tahun 2042 sebesar 25.540.197,96 m3 /hari. Sedangkan ketersediaan air dari kapasitas terpasang PDAM sebesar 16.761, 60 m3 /hari yang diperoleh pada tahun 2014 hingga prdiksi 2042, sedangkan ketersediaan air berdasarkan neraca air eksisting ketersediaan air DAS Sibundong dan Batantoru pada tahun 2023 sebesar 5.696.159.60 m3 /hari dan mengalami penurunan hingga Tahun 2042 menjadi sebesar 4.060.234,77 m3 /hari. Berdasarkan perhitungan neraca air diperoleh hasil status daya dukung air berdasarkan penyediaan air PDAM mengalami kondisi defisit setiap tahun sedangkan pada ketersediaan air eksisting dibandingkan dengan kebutuhan air total diperoleh kondisi surplus dari 2014-2019 dan mengalami kondisi defisit kondisi defisit dari 2019- 2042, diduga karena adanya eksploitasi berlebih terhadap penggunaan air domestik dan non domestik yang dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya, selain itu dipengaruhi oleh tinggi rendahnya curah hujan pada tahun-tahun tersebut. Skenario II merupakan upaya untuk mengantisipasi defisit air atau kelangkaan air khususnya pada musim kemarau dengan melakukan pengelolaan SPAM dengan upaya pembangunan waduk. Berdasarkan hasil skenario II pembangunan rencana waduk dipilih sebagai optimalisasi ketersediaan air di Kabupaten Tapanuli Tengah dengan memanfaatkan curah hujan yang terjadi, hasil perkiraan peningkatan ketersediaan air yang diperoleh dari dari waduk berdasarkan volume kekurangan maksimum dan kelebihan maksimum adalah sebesar 15.476.682,68 m3. Hasil penerapan skenario II+1 menunjukkan upaya dalam peningkatan kondisi surplus yang lebih lama sehingga mampu memenuhi kebutuhan air domestik dan non domestik masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 2023-2037 tetapi perlu dilakukannya pengelolaan lanjutan dalam meningkatkan ketersediaan air untuk waktu yang lama sehingga mampu memenuhi kebutuhan air dalam jangka panjang dalam hingga tahun 2042. Kondisi tersebut dapat diimplementasikan dengan memfokuskan strategi penyediaan air dengan persepsi yang sama antara pemerintah dan masyarakat berdasarkan sasaran kebijakan melalui ruang lingkup kebijakan sumberdaya air. Prinsip yang digunakan adalah keterkaitan atau koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergis (KISS) antara kegiatan untuk mencapai kecukupan air di Kabupaten Tapanuli Tengah