Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa sehingga kebutuhan listrik di Indonesia cukup tinggi. Kebutuhan listrik yang semakin meningkat belum mampu diatasi oleh pembangkit listrik yang ada saat ini. Selain itu kesulitan untuk menjangkau daerah terpencil juga merupakan faktor yang mempengaruhi ketersediaan listrik terutama di daerah terpencil. Semakin meningkatnya kebutuhan listrik mengakibatkan perlunya penambahan pembangkit listrik. Pada umumnya digunakan pembangkit konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil sehingga menimbulkan masalah terhadap alam dan biaya yang tinggi. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan keberadaannya kontinu di alam. Selain itu energi terbarukan dapat digunakan pada daerah terpencil untuk membangkitkan listrik secara mandiri pada masing-masing daerah tanpa terhubung ke jaringan. Energi terbarukan yang dapat digunakan diantaranya adalah energi matahari (PV) dan energi angin (Turbin Angin) yang dikombinasikan dengan generator sebagai cadangan. Studi ini dilakukan menggunakan perangkat lunak HOMER Pro, PVSyst, dan PVSOL untuk beban komunal 20 kWh dan beban administratif 11 kWh pada salah satu daerah tertinggal, terluar, dan terdepan di Indonesia yaitu Desa Fatulotu, Kecamatan Lasiolat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Hasil dari studi ini adalah pemilihan konfigurasi sistem pembangkit yang memungkinkan baik dari sisi teknis maupun ekonomi dengan membandingkan nilai LCOE dan kinerja sistem antara konfigurasi satu dengan yang lain. Hasil studi ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi proyek pengembangan kelistrikan daerah tertinggal di Indonesia.
Perpustakaan Digital ITB