digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Mario Mahardika Sinulingga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Mario Mahardika Sinulingga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Mario Mahardika Sinulingga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Mario Mahardika Sinulingga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Mario Mahardika Sinulingga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Mario Mahardika Sinulingga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Mario Mahardika Sinulingga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 7 Mario Mahardika Sinulingga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 8 Mario Mahardika Sinulingga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 9 Mario Mahardika Sinulingga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 10 Mario Mahardika Sinulingga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Mario Mahardika Sinulingga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Mario Mahardika Sinulingga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

Studi ini menyajikan analisis komparatif dua desain FOWT: rotor tunggal 22 MW dan dual rotor 2 × 10 MW yang dipasang pada platform semi-submersible yang sama. Simulasi numerik dilakukan menggunakan Maxsurf Stability untuk analisis hidrostatik, OrcaWave untuk analisis radiasi–difraksi, serta OrcaFlex untuk simulasi dinamis terkopel penuh, dilengkapi dengan estimasi redaman viskos linier. Kinerja kedua sistem dievaluasi berdasarkan stabilitas, respons hidrodinamika, perilaku mooring, serta perkiraan awal capital expenditure (CAPEX). Hasil menunjukkan bahwa kedua konfigurasi memenuhi kriteria stabilitas, meskipun desain dual-rotor menghasilkan momen oleng yang lebih besar akibat peningkatan gaya dorong dan ketinggian hub. Periode natural pada gerakan roll dan pitch lebih panjang pada dual-rotor, sementara heave relatif serupa. Analisis mooring memperlihatkan tegangan tali yang lebih tinggi pada dual-rotor, tetapi berkurang setelah dilakukan optimisasi rantai mooring. Dari sisi ekonomi, dual-rotor menghasilkan biaya ter-normalisasi per MW yang lebih rendah dibandingkan turbin tunggal 22 MW. Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa sistem dual-rotor berpotensi menjadi alternatif yang layak secara teknis dan kompetitif secara ekonomi untuk pengembangan tenaga angin lepas pantai skala besar, meskipun optimisasi lanjutan dan pengendalian aerodinamika tetap diperlukan untuk penerapan praktis.