Serat karbon merupakan material dengan kekuatan dan kekakuan tinggi namun
berbobot ringan, sehingga banyak digunakan dalam industri dirgantara, otomotif,
hingga energi. Produksi serat karbon konvensional umumnya berbasis
poliakrilonitril (PAN) yang mahal dan tidak ramah lingkungan. Lignin, sebagai
biopolimer melimpah dari limbah industri pulp (black liquor), berpotensi menjadi
prekursor alternatif karena kandungan karbonnya tinggi. Akan tetapi, lignin murni
memiliki keterbatasan berupa spinnability rendah dan sifat mekanik serat yang
kurang optimal. Penelitian ini mengkaji pengaruh penambahan selulosa dari alga
Cladophora sp. yang memiliki kristalinitas hingga 95%—ke dalam sistem ligninpolivinil
alkohol (PVA) untuk menghasilkan prekursor serat karbon dengan sifat
fisik dan mekanik yang lebih baik. Prekursor disintesis melalui metode wet spinning
dengan variasi kandungan selulosa 0%, 5%, 10%, dan 15% (b/b). Karakterisasi
dilakukan menggunakan SEM, FTIR, CHNS/O elemental analyzer, TGA-DSC, uji
densitas, serta uji tarik. Hasil menunjukkan bahwa penambahan selulosa mampu
meningkatkan stabilitas bentuk serat, persentase pori, kadar karbon, serta kekuatan
tarik hingga batas optimum. Namun, pada komposisi selulosa 15% terjadi
fenomena pore sealing effect yang menurunkan jumlah pori dan kandungan karbon
akibat densifikasi serat. Selain itu, peningkatan temperatur karbonisasi
berkontribusi pada kenaikan kristalinitas serat karbon meskipun tidak berpengaruh
signifikan terhadap kadar karbon. Dengan demikian, blending lignin-PVA-selulosa
berpotensi menjadi pendekatan berkelanjutan untuk menghasilkan serat karbon
berbasis biomassa, sekaligus mendukung pengurangan limbah industri dan
ketahanan material nasional.
Perpustakaan Digital ITB