Layanan informasi obat merupakan layanan kefarmasian yang harus diberikan oleh apoteker untuk
meningkatkan kepatuhan sehingga terapi dapat tercapai secara optimal. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kualitas layanan informasi obat, kepatuhan pasien, efektivitas terapi hipertensi, dan
hubungan ketiga parameter tersebut yang dilaksanakan di Puskesmas Ibrahim Adjie Bandung. Penelitian
deskriptif ini didesain secara cross-sectional dan konkuren (Januari - Maret 2018) menggunakan kuesioner
tervalidasi. Jumlah subjek penelitian dihitung dari populasi pasien hipertensi menggunakan rumus Slovin.
Kualitas layanan informasi obat diukur menggunakan metode SERVQUAL, tingkat kepatuhan diukur
menggunakan Modified Morisky Scale (MMS), dan efektivitas terapi dianalisis dengan mengukur
pencapaian tekanan darah pasien sesuai target yang ditetapkan standar JNC 7. Terdapat 57 pasien
Prolanis dan 302 pasien non Prolanis yang dianalisis dalam penelitian ini. Kualitas layanan informasi obat
baik terhadap pasien Prolanis maupun non-prolanis sudah baik yaitu berkisar 95% dengan nilai terendah
pada dimensi fasilitas. Tingkat kepatuhan dan efektivitas pada pasien Prolanis berkisar 96,49% dan 56,14%
yang lebih tinggi dibandingkan capaian pada pasien non-Prolanis yaitu 31,13% dan 26,16%. Terdapat
hubungan positif antara kualitas layanan informasi obat dengan efektivitas terapi (r= 0,561 , p > 0,05), dan
semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien terhadap regimen terapinya semakin tinggi efektivitas terapinya
(r= 0,842, p = 0,035). Jenis informasi obat yang diperlukan oleh pasien tetapi belum diberikan secara
konsisten oleh apoteker yaitu efek samping, peringatan/perhatian, interaksi-obat, kontraindikasi, dan
golongan obat. Data penelitian ini menunjukkan perlunya peningkatan kualitas informasi obat serta upaya
lain seperti pengkajian resep, konseling/konsultasi obat untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap
regimen sehingga meningkatkan efektivitas terapinya.
Perpustakaan Digital ITB