digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Keberadaan keramba jaring apung (KJA) di waduk Cirata menjadi salah satu sumber penyedia kebutuhan perikanan di Jawa Barat sebesar 40%. Namun seiring dengan hal tersebut, jumlah KJA juga semakin bertambah dan keberadaannya sudah melebihi dari jumlah yang sudah ditentukan oleh SK Gubernur Jawa Barat No. 41 tahun 2002 yaitu sebanyak 85.393 petak. Bertambahnya jumlah KJA di waduk Cirata memberikan dampak terhadap penurunan kualitas perairan dan produktivitas ikan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui proses-proses yang menyebabkan terjadinya dinamika produktivitas ikan dan perubahan kualitas air untuk perikanan budidaya KJA, membangun model yang dapat digunakan sebagai sarana analisis untuk menjelaskan dinamika yang terjadi, merancang kebijakan KJA berkelanjutan. Penggambaran keadaan tersebut dilakukan dengan pendekatan system dynamics. Metodologi system dynamics merupakan salah satu pendekatan pemodelan kebijakan terutama dalam hal peningkatan pemahaman tentang bagaimana (how) dan mengapa (why) gejala dinamis suatu sistem terjadi. Model ini menampilkan perilaku aktual dan perilaku simulasi, berdasarkan data historis 2007-2017. Model aktual dan simulasi memperlihatkan bahwa model dan struktur model telah valid menurut uji statistik Theil, sedangkan referensi model telah mencerminkan pula perilaku historisnya. Dengan demikian model dapat digunakan untuk analisis kebijakan. Untuk merumuskan kebijakan UT KJA berkelanjutan, analisis kebijakan menggunakan rentang waktu 2007-2040. Struktur model dalam tesis ini dibuat berdasarkan kepada adanya keterkaitan antara dinamika usahatani KJA, produktivitas, kebijakan, limbah KJA, eutrofikasi (N,P,C), ketersediaan O2 dan teknologi. Variabel-variabel ini menyebabkan eutrofikasi di Waduk Cirata dan berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas ikan untuk jangka panjang. Berdasarkan perbedaan tersebut, telah diajukan dua hipotesis yang mencakup produktivitas UT KJA dan eutrofikasi perairan waduk. Pertama, model digunakan untuk mensimulasikan kemungkinan keberadaan KJA yang semakin bertambah serta produktivitas dan kualitas air yang semakin memburuk pada 20 tahun mendatang. Kemudian, dengan menganalisis skenario kemungkinan hal tersebut, skenario kebijakan didesain untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Dari analisis itu menunjukkan bahwa kebijakan harus diarahkan kepada berbagai usaha intensifikasi yang terdiri dari: pemberian teknologi aerasi agar dapat memperbaiki penurunan kualitas air, penurunan produktivitas ikan; pengendalian jumlah petak, pengaturan penebaran benih ikan. Skenario ini dianggap paling baik oleh peneliti.