digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Nadia Shafa Khairani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas air tawar unggulan di Indonesia dengan permintaan global diperkirakan mencapai ±7,3 juta ton pada tahun 2030. Kondisi ini mendorong pengembangan sistem akuakultur yang efisien dan berkelanjutan. Akan tetapi, pada saat ini masih umum digunakan sistem akuakultur terbuka yang memiliki keterbatasan dalam kapasitas budi daya, pengelolaan limbah nitrogen, dan pengendalian kualitas air. Sebagai alternatif, dikembangkan sistem akuakultur tertutup, salah satunya berbasis hibrid bioflok dan Recirculating Aquaculture System (RAS) yang menggabungkan biofiltrasi eksternal dan daur ulang nutrien in situ. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis suksesi komunitas mikroba pada air dan biofilm substrat biofilter serta hubungannya dengan kualitas air dan performa budi daya ikan nila dalam sistem akuakultur tertutup: hibrid bioflok-RAS. Penelitian dilakukan selama 60 hari dengan kepadatan tebar masing-masing sistem hibrid sebanyak 150 ekor per 200 liter. Parameter yang diamati meliputi kualitas air (suhu, pH, DO, TAN, NO?- N, NO?-N) harian, mikrobiologis (spread plate pada Nutrient Agar dan Winogradsky Agar dari sampel air dan substrat biofilter) yang diambil pada lima titik waktu (awal dan akhir pengondisian biofilter, awal, tengah, dan akhir masa budi daya), serta pengukuran parameter biologis mingguan. Selanjutnya, dilakukan analisis suksesi komunitas mikroba, statistik, dan identifikasi pembentukan biofilm menggunakan SEM. Hasil menunjukkan total kelimpahan 6 mikroba pada air dan biofilm substrat meningkat dari awal budi daya (heterotrof: 1,71×10?; nitrifikasi: 1,03×10?) dan tetap tinggi serta stabil sejak pertengahan (heterotrof: 5,9×10?; nitrifikasi: 7,18×10?) hingga akhir budi daya (heterotrof: 9,75×10?; nitrifikasi: 1,11×10?). Ditemukan pula adanya seleksi dan suksesi komunitas mikroba selama masa budi daya, ditandai dengan pergeseran dominansi isolat heterotrof dari N21 ke N01 pada air biofilter, serta pergantian dominansi isolat nitrifikasi dari N01 ke N11 pada biofilm substrat dan kodominansi kedua isolat pada air biofilter. Diversitas heterotrof meningkat di air biofilter pada akhir budi daya (1,04), sementara dominansi stabil dan tinggi di biofilm substrat. Adapun pada mikroba nitrifikasi, indeks diversitas dan dominansi kedua sampel menunjukkan nilai yang fluktuatif dengan dominansi mutlak (1,00) di biofilm substrat pada akhir budi daya. Indeks disimilaritas Bray- Curtis menunjukkan bahwa komunitas mikroba heterotrof dan nitrifikasi pada air dan biofilm substrat memiliki kemiripan tinggi pada masa pertengahan hingga akhir budi daya yang cenderung berbeda dengan komunitas pada masa pengondisian biofilter hingga awal budi daya. Berdasarkan hasil identifikasi SEM, terlihat biofilm mulai terbentuk pada akhir pengondisian biofilter dan mengalami perkembangan hingga akhir masa budi daya. Selama masa budi daya, parameter kualitas air berada dalam kisaran optimal dengan kadar TAN akhir sebesar 1,16 ± 1,58 ppm (Sistem A) dan 1,14 ± 1,50 ppm (Sistem B), serta kadar nitrit akhir 1,20 ± 0,63 dan 1,42 ± 0,65 ppm. Kondisi ini mendukung biomassa tinggi (10,18 ± 0,26 kg dan 10,52 ± 0,35 kg) dan efisiensi rasio konversi pakan (FCR) yang baik, masing-masing sebesar 1,87 ± 0,06 dan 1,89 ± 0,15. Hasil ini menunjukkan bahwa suksesi mikroba dalam biofilter berkontribusi pada pembentukan komunitas yang fungsional dan stabil, memperkuat kemampuan sistem dalam mengolah senyawa nitrogen, dan meningkatkan performa budi daya. Rekomendasi penelitian lanjutan mencakup analisis fisiologis dan pendekatan metagenomik untuk mengidentifikasi spesies mikroba dominan guna memahami lebih dalam peran spesifiknya dalam ekosistem biofiltrasi.