digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2015 TA PP BERLIANA PRADHITASARI 1-COVER.pdf
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

2015 TA PP BERLIANA PRADHITASARI 1-BAB 1.pdf
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

2015 TA PP BERLIANA PRADHITASARI 1-BAB 2.pdf
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

2015 TA PP BERLIANA PRADHITASARI 1-BAB 3.pdf
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

2015 TA PP BERLIANA PRADHITASARI 1-BAB 4A.pdf
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

2015 TA PP BERLIANA PRADHITASARI 1-BAB 4B.pdf
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

2015 TA PP BERLIANA PRADHITASARI 1-BAB 5.pdf
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

2015 TA PP BERLIANA PRADHITASARI 1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

Tugas akhir ini mengkaji tentang variabilitas spasial dan temporal fluks karbon dioksida (CO2) atmosfer – laut di pemukaan laut Samudra India Tropis bagian Tenggara (SITBT) yang dihubungkan dengan suhu permukaan laut (SPL) dan kecepatan angin selama 108 bulan (dari tahun 1996 - 2004). Data yang digunakan adalah data SPL, fluks CO2 atmosfer - laut, dan kecepatan angin pada ketinggian 10 m di atas permukaan laut. Analisis variasi ruang dan waktu terhadap data tersebut dilakukan dengan menggunakan metode analisis deret waktu (time series), analisis statistik dan diagram Hovm?ller. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum di perairan SITBT terjadi penurunan nilai fluks CO2 dengan rentang nilai sekitar 0,018 s/d 0,48 PgC/tahun, walaupun demikian di daerah lintang menengah hingga tinggi (16,50LS - 26,50LS dan 880BT - 1080BT) nilai trennya sedikit lebih besar (0,26 s/d 0,48 PgC/tahun) daripada lintang rendah (6,50LS - 8,50LS dan 880BT - 1080BT). Nilai tersebut masuk dalam rentang nilai fluks CO2 dari Wanninkhof (2013), yaitu sebesar 0,13 - 0,50 PgC/tahun. SPL di daerah penelitian pada umumnya menurun dengan nilai tren sebesar -0,008 hingga -0,08oC/tahun, kecuali pada daerah di sekitar 60LS 880BT dimana SPL-nya cenderung naik sekitar 0,03oC/tahun. Variasi fluks CO2 di daerah lintang menengah hingga tinggi dipengaruh lebih besar oleh Monsun Australia dibandingkan dengan Dipole Mode Index (DMI), sedangkan di sekitar daerah ekuator lebih besar dipengaruhi oleh DMI. Pengaruh angin terhadap fluks CO2 di daerah ekuator dan lintang rendah lebih besar dengan nilai korelasi r = 0,29 daripada pengaruh SPL (r = 0,12). Sementara di lintang menengah sampai lintang tinggi pengaruh SPL terhadap fluks CO2 lebih besar dengan nilai r = -0,63 daripada pengaruh angin (r = -0,33). Daerah di sekitar ekuator merupakan daerah pelepasan CO2 dari laut ke atmosfer atau disebut sebagai daerah sumber (source) sedangkan daerah lintang menengah hingga tinggi merupakan daerah penyerapan CO2 dari atmosfer ke laut (sink).