Banjir rob merupakan fenomena di mana air laut masuk dan menggenangi daratan.
Kota Semarang merupakan salah satu wilayah pesisir di Indonesia yang rentan
terhadap banjir rob. Beberapa faktor yang memengaruhi banjir rob diantaranya
pasang surut, kenaikan muka air laut, penurunan muka tanah, serta faktor
meteorologi. Dalam penelitian ini dilakukan kajian mengenai fenomena elevasi non
pasang surut yang dihubungkan dengan data sea surface height anomaly (SSHA),
kecepatan angin, dan curah hujan. Data elevasi muka air laut yang digunakan pada
penelitian ini dari Badan Meteorologi , Klimatology, dan Geofisika (BMKG) yang
berada di Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang dan University of
Hawaii Sea level Centre (UHSLC) di Stasiun Semarang selama 4,8 tahun (Mei 2018
– Desember 2022). Ambang batas definisi banjir rob yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu elevasi non pasang surut yang melebihi standar deviasi data.
Dari hasil perhitungan ambang batas yang digunakan untuk banjir rob pada
penelitian ini tergantung dengan skenarionya. Banyaknya skenario yang digunakan
pada penelitian ini sebanyak 5 skenario, dengan skenario 1 dan 3 yang paling
mendekati event banjir rob berita. Hasil analisis menunjukkan bahwa kejadian dan
intensitas banjir rob analisis tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Juni yang
periodenya bertepatan dengan musim kemarau. Analisis rata-rata komposit
kejadian banjir rob menunjukkan bahwa parameter metocean yang paling
berpengaruh terhadap kejadian banjir rob analisis adalah SSHA dan kecepatan
angin.