PT. XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan infrastruktur penunjang telekomunikasi yang berdiri sejak tahun 1985 dengan produk utama power system bagi BTS operator telekomunikasi. Kinerja perusahaan dinilai cukup baik dengan pendapatan yang meningkat sebesar 25% (tahun 2008) dan 26% (tahun 2009), walau struktur modal perusahaan didominasi oleh hutang modal kerja. PT. XYZ mengandalkan pinjaman jangka pendek bank (78% dari total hutang ditambah ekuitas pada 2009) yang hanya bisa diperoleh saat Purchase Order (PO) sudah didapat, sehingga seringkali terjadi kesulitan dana cash. Dengan persaingan yang semakin ketat untuk produk power system, serta kebutuhan dana operasional maupun jangka panjang untuk keperluan diversifikasi usaha, muncul kebutuhan dana yang cukup besar sehingga membebani kinerja keuangan perusahaan. Pendanaan eksternal dapat dilakukan setelah dilakukan valuasi terhadap nilai perusahaan. Metode valuasi yang digunakan adalah discounted cash flow (DCF) dengan model adjusted present value. Adjusted present value dipilih karena merupakan metode yang dapat digunakan pada saat melakukan valuasi pada perusahaan yang memiliki nilai debt to value yang berubah-ubah sehingga lebih akurat dibandingkan dengan weighted average cost of capital
(WACC). Adjusted present value menilai bahwa interest tax shield dari pinjaman merupakan salah satu cash flow perusahaan. Cash flow yang digunakan adalah free cash flow to firm (FCFF) dan discount factor yang digunakan adalah unlevered cost of equity dengan nilai 13,16%.
Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa nilai PT. XYZ adalah sebesar Rp. 545.176.641.033 hingga Rp. 922.482.743.058 (dalam worst dan best case) dan Rp.
713.532.556.326 – pada base case. Dengan sensitifitas model terbesar pada faktor asumsi cost of good sold (COGS), yaitu 7,75% untuk setiap 1% perubahan COGS. Dengan nilai tersebut, perusahaan dapat memilih apakah akan dilakukan Initial Public Offering (IPO) atau
menggunakan private placement untuk menambah ekuitas. Kebutuhan pendanaan adalah sebesar Rp 243.067.445.270,- Bila dilakukan IPO, konsekuensinya adalah kekayaan pemilik perusahaan akan terdilusi hingga 63,5%. Dengan menggunakan IPO, perusahaan harus melaksanakan tahap pengajuan pernyataan pendaftaran, tahap penawaran saham, dan tahap pencatatan saham. Tahap persiapan dimulai bulan September 2010, serta seluruh tahapan diperkirakan selesai pada bulan Juni 2010. Biaya untuk persiapan go public diperkirakan sebesar 1,15 hingga 1,55 miliar rupiah diluar biaya penjamin efek dan biaya pendaftaran ke Bursa Efek Indonesia.
Perpustakaan Digital ITB