Kondisi ekonomi Indonesia diperkirakan akan pulih dan inflasi ditekan oleh pemerintah untuk mencapai target tertentu. Menurut perusahaan analisis data Nielsen, pasar ritel tradisional Asia Tenggara, yang terdiri dari pedagang pinggir jalan kecil dan kios, akan melihat pangsa pasar 54 %nya menyusut, dengan rantai ritel dan supermarket besar diperkirakan mencapai 53% dari pasar regional pada tahun 2020. Sementara itu , Toko rantai modern hanya menyumbang 14% dari penjualan, dibandingkan 53% di Malaysia dan 63% di China, menyisakan ruang untuk pertumbuhan. Semua faktor ini menjadikan pasar ritel Indonesia sebagai segmen investasi yang ideal. Bisnis ritel grosir di Indonesia merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat di antara industri lainnya di Indonesia. Alfamart adalah salah satu perusahaan raksasa dalam lanskap bisnis bisnis ritel grosir yang berusaha mengembangkan usahanya. Berdasarkan laporan tahunan 2015, toko anak perusahaan diperluas sebesar 13,94% menjadi 12.258 unit. Dan pendapatan bersih naik sebesar 16,31%. Alfamart berpikir bahwa inilah saat yang tepat untuk mengembangkan bisnis dengan meningkatkan jumlah toko. Laporan Tahunan Alfrart ke 2016 mengatakan bahwa semua belanja modal digunakan untuk digunakan untuk membeli toko baru dan meneliti teknologi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki lebih lanjut dampak dari kondisi saat ini sambil juga menilai apakah nilai saham AMRT (PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk) undervalued atau overvalued dari pada pasar. Tugas akhir ini dilakukan dengan menggunakan dua model penilaian, yaitu model penilaian absolut dan model penilaian relatif dibandingkan dengan perusahaan ritel lainnya.
Pada 2017 sampai 2026, pendapatan AMRT diproyeksikan meningkat sebesar 13% seiring dengan pertumbuhan toko dari Rp 56,107 miliar di tahun 2016 menjadi Rp 63,635 miliar. Kenaikan pendapatan yang diprediksi dari tahun 2016 sampai 2026 akan menghasilkan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 16,61%. Laba bersih yang diprediksi dari 2016 sampai 2026 akan menghasilkan CAGR sebesar 16,93%. Beban pokok pendapatan tumbuh seiring dengan pendapatan sebesar 16,61% sebagai hasilnya. Ini akan terjadi jika PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk tetap setia dengan rencana perluasan jaringan distribusinya. Dari valuasi absolut menggunakan FCFE, diperoleh harga saham AMRT sebesar Rp 662,24 dengan potensi kenaikan 14,17% dari harga pasar Rp 545 pada tanggal 30 Desember 2016 yang berarti saham AMRT cukup dinilai oleh pasar. Dari model valuasi relatif yang dihasilkan PER sebesar 47,54 dan 6,26% diskon yang mengindikasikan sentimen pasar terhadap saham AMRT kurang disukai dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya. Sedangkan multiple EV / EBITDA sebesar 8,5x dengan discount 11,67% menunjukkan sentimen pasar terhadap saham AMRT bagus dibandingkan dengan rekan sebayanya. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk menganalisis prospek perusahaan dengan meramalkan harga saham. Hasil perhitungan menunjukkan dua dari tiga metode penilaian tersebut memberikan sinyal positif untuk membeli saham.
Perpustakaan Digital ITB