digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tahun 2015 merupakan tahun yang sulit bagi sebagian besar industri karena adanya perlambatan ekonomi global yang berdampak pada menurunnya pertumbuhan industri. Kondisi tersebut juga mempengaruhi salah satu perusahaan terbesar yang bergerak di industri makanan yaitu PT. Tiga Pilar Sejahtera (AISA), Tbk. Sejak tahun 2014, perusahaan ini tidak hanya fokus pada produk makanan namun melakukan ekspansi dengan memasuki industri agribisnis yang memproduksi minyak sawit. Setelah 2 tahun menjalankan segmen bisnis agribisnis, AISA memutuskan untuk melakukan divestasi pada segmen bisnis ini. Hal ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi global di tahun 2015. Penurunan permintaan minyak sawit mempengaruhi harga jual yang juga mengalami penurunan pada periode tersebut. Kondisi ini memaksa perusahaan untuk melakukan divestasi segmen usaha agribisnis pada kuartal II tahun 2016 sehingga ke depannya segmen bisnis ini tidak mengganggu kinerja induk perusahaan. Setelah divestasi tersebut, AISA berencana untuk fokus pada segmen bisnis makanan, terutama pabrik penggilingan padi dengan menambah pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas produksi. Isu bisnis yang diangkat adalah perlunya memperbarui ulasan terkait prospek AISA di masa depan. Sepanjang tahun 2015, harga saham AISA menurun secara signifikan. Pada 31 Desember 2015, harga saham AISA turun sebesar 41.40% dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini tidak terlepas dari adanya sentimen negatif di kalangan investor ke segmen usaha agribisnis. Dengan adanya restrukturisasi perusahaan dengan melakukan divestasi usaha agribisnis, AISA ingin fokus kembali pada segmen usaha makanan, terutama beras yang paling berkontribusi pada penambahan kapasitas produksi. Analisis dilakukan dengan melakukan valuasi dengan menggunakan absolute valuation model dan relative valuation model. Untuk absolute valuation model, metode yang digunakan adalah free cash flow to the firm (FCFF). Sedangkan relative valuation model menggunakan price earnings ratio (PER) dan enterprise value per EBITDA (EV/EBITDA). Kedua model valuasi tersebut digunakan untuk menentukan harga wajar saham AISA. Dengan menggunakan metode-metode tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga wajar AISA adalah Rp 1463.69 dengan potensi kenaikan sebesar 21.47% dari captured price sebesar Rp 1205 (per 1 Agustus 2017), PER sebesar 12.44 (premium 4.90%) yang mengindikasikan bahwa sentimen AISA di industri makanan adalah positif dan EV/EBITDA sebesar 8.70 (premium 9.98%) yang mengindikasikan bahwa AISA memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya. Dari hasil analisis internal dan eksternal perusahaan dan juga analisis valuasi, maka investor disarankan untuk buy saham AISA yang memiliki target price Rp 1463.69 dengan potensi kenaikan sebesar 21.47%. Dengan mempertimbangkan kondisi internal yang lebih baik pasca restrukturisasi dan peluang yang ada di masa depan, AISA menawarkan prospek yang menjanjikan kepada investor.