2017_TS_PP_Yonathan Irsan Parsethio-29115083_Full Text
PUBLIC Open In Flipbook Kartika Ringkasan
Indonesia merupakan salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan termasuk dalam anggota G20. Pertumbuhan PDB Indonesia pada 2015 adalah rata-rata 4,9%. Pada 2016, jumlah ini meningkat rata-rata 5,01%. Pertumbuhan ekonomi ini tercermin pada kinerja BEI. BEI berhasil mencetak pertumbuhan dua digit sebesar 14,71% pada rentang waktu satu tahun 2015 sampai 2016. Moody's juga mengubah pandangan mengenai peringkat Indonesia dari "stabil" menjadi "positif" dengan peringkat obligasi di Baa3. Kondisi ekonomi yang lebih baik seiring dengan iklim investasi yang baik mendorong kepercayaan investor. Situasi ini harus dimanfaatkan bagi perusahaan baik swasta maupun BUMN untuk go public dan memanfaatkan memanfaatkan momentum positif. Sayangnya, jumlah emiten di Bursa Efek Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Pemerintah mencoba mendorong lebih banyak perusahaan untuk go public. Salah satu caranya adalah mendorong lebih banyak BUMN dan anak perusahaannya untuk melakukan penawaran umum perdana. Pada tahun 2017, Garuda Manufacturing Facility (GMFA), yang merupakan anak perusahaan Garuda Indonesia (GIAA), berencana untuk go public dengan melepas 30% sahamnya kepada publik dan diharapkan memperoleh $ 300 juta dari IPO. Keuntungan dari IPO akan digunakan untuk pertumbuhan anorganik seperti rencana takeover dan peningkatan kemampuan dalam layanan mesin.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan valuasi terhadap GMF Aero Asia dan menemukan kemungkinan rentang harga harga IPO bagi investor. Penulis menggunakan discounted cash flow sebagai alat untuk menilai GMF Aero Asia. Ada tiga skenario pertumbuhan pendapatan yang penulis gunakan: 5,01% sebagai pertumbuhan pesimis, 6,73% sebagai pertumbuhan yang paling mungkin, dan 12,82% sebagai pertumbuhan yang optimis. Cost of capital yang digunakan untuk penelitian ini adalah 9,75% dengan jumlah saham diproyeksikan menjadi 1,664 miliar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Dari hasil perhitungan, nilai intrinsik GMFA adalah $ 0,19 atau Rp2.579 untuk skenario pesimis, $ 0,24 atau Rp3.246 untuk skenario yang paling mungkin terjadi, dan $ 0,50 atau Rp6.784 untuk skenario optimis. Nilai tukar pada saat penulisan adalah Rp13.503 per Dolar AS. Perhitungan ini juga didukung oleh analisis sensitivitas dengan menggunakan Simulasi Monte Carlo. Simulasi yang menggunakan range dari $ 0,19 sampai $ 0,50 memiliki tingkat kepercayaan sebesar 93.53%. Penelitian ini juga diperkuat dengan relative valuation menggunakan P/E Ratio. Dari hasil perhitungan didapatkan relative valuation dengan nilai Rp 8.040,59. Nilai ini berada di bawah hasil perhitungan menggunakan discounted cash flow yang menandakan bahwa saham GMFA masih undervalued jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis.
Perpustakaan Digital ITB