digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tanah ekspansif adalah suatu masalah yang ada di seluruh dunia. Tanah ekspansif sering kali menyebabkan kerusakan yang parah pada infrastruktur karena perubahan volume yang kembang susut mengikuti kadar airnya. Masalah muncul saat tekanan kembang melebihi beban pada fondasi sehingga fondasi terangkat. Struktur yang sering rusak akibat tanah ekspansif ini adalah fondasi, dinding penahan tanah, perkerasan jalan, bandara, dan bantaran sungai. Tanah ekspansif memiliki berbagai mineral lempung yang memengaruhi sifat dan perilaku tanah, seperti potensi pengembangan. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian pada sampel tanah terduga ekspansif, yaitu X-Ray Diffraction Test dan Specific Gravity. Hasilnya menunjukkan bahwa tanah terduga ekspansif mempunyai kandungan mineral lempung, kaolinit, yang tinggi. pengujian lebih lanjut mengenai ekspansivitas tanah belum dilakukan sehingga belum dapat ditentukan tingkat ekspansivitas tanah ini. Pada penelitian ini juga dilakukan studi literatur terhadap metode identifikasi tanah ekspansif. Karena mineral tanah lempung mempunyai rumus kimia yang sama, maka dari itu identifikasi jenis mineral lempung yang ada dalam tanah ekspansif sulit untuk dilakukan. Perbaikan tanah ekspansif menggunakan semen dan kapur dipelajari juga dalam penelitian ini. Parameter pengembangan bebas maupun tekanan pengembangan turun lebih dari 50% dari nilai awal setelah ditambahkan semen atau kapur sebanyak 6%. Parameter MBV juga menurun saat semen atau kapur ditambahkan pada tanah ekspansif, yang mana nilai ini menunjukkan ekspansivitas tanah. Nilai Dry Density Maximum dari tanah ekspansif menurun setelah ditambahkan semen atau kapur. Sedangkan nilai Optimum Moisture Content meningkat saat ditambahkan semen atau kapur. Dalam hal kekuatan, ditinjau dari nilai UCS ataupun CBR, tanah ekspansif mengalami peningkatan kekuatan saat ditambahkan semen atau kapur. Namun, setelah kadar tertentu, penambahan kapur akan menurunkan kekuatan tanah ekspansif, yang mana pada penelitian ini berkisar pada nilai 9-12%. Hal yang sama juga terjadi pada campuran semen kapur.