






Air asam tambang (AAT) adalah aliran air asam yang berasal dari daerah
penambangan yang memiliki pH rendah dan berpotensi untuk menimbulkan
dampak terhadap lingkungan. Timbunan batuan penutup merupakan salah satu
sumber penghasil AAT pada lokasi penambangan. Salah satu usaha preventif
terhadap pembentukan AAT di lokasi timbunan batuan penutup adalah dengan
melakukan pelapisan timbunan material PAF oleh material NAF. Namun metode
tersebut kerap kali terkendala oleh keterbatasan material NAF yang digunakan
sebagai pelapis material PAF. Oleh karena itu, penelitian mengenai pencegahan
pembentukan AAT dengan merekayasa karakteristik fisik material PAF penting
untuk dilakukan.
Penelitian ini dilakukan dengan simulasi kolom dengan dua perlakukan yang
berbeda, yaitu tidak terkompaksi (natural) dan terkompaksi. Sampel tidak
terkompaksi dan terkompaksi diletakan pada container yang berbeda kemudian
pada kedalaman 5 dan 15 cm diletakan sensor moisture untuk memantau perilaku
aliran fluida yang terjadi. Pada masing-masing container juga diletakkan sensor
oksigen untuk mengidentifikasi persentase oksigen yang terdifusi di dalam
sampel.
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa karakteristik fisik yang berpengaruh pada
aliran fluida diantaranya adalah distribusi ukuran butir, ukuran pori batuan,
moisture content (?), dan nilai matric suction. Nilai ukuran butir, pori dan matric
suction berbanding lurus dengan nilai permeabilitas sampel, sedangkan nilai
moisture content memiliki hubungan yang berbanding terbalik.
Proses kompaksi yang dilakukan pada sampel batuan dapat mengurangi nilai
permeabilitas dan persentase oksigen dalam sampel, sehingga leachate pada
sampel terkompaksi memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan
sampel tidak terkompaksi.