digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Irene Roselynda Prabarani
PUBLIC Open In Flipbook Perpustakaan Prodi Arsitektur

Penerapan bangunan hijau kini menjadi kewajiban dalam sektor konstruksi untuk mengurangi dampak lingkungan, termasuk di Indonesia. Kewajiban penerapan bangunan hijau ini diatur melalui PermenPUPR No.21 Tahun 2021 di Indonesia. Namun, implementasinya masih menghadapi berbagai kendala teknis dan manajerial. Untuk menjawab tantangan ini, pemerintah mendorong penggunaan Building Information Modeling (BIM) yang mendukung efisiensi dan kolaborasi pada proses konstruksi. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, GreenBIM dikembangkan untuk mengintegrasikan prinsip bangunan hijau dengan BIM guna meningkatkan kinerja energi bangunan, tetapi penerapannya masih terbatas karena kurangnya kerangka kerja dan pemahaman proses. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi utilisasi BIM dalam implementasi BGH melalui pendekatan Project Delivery System (PDS), dengan mengidentifikasi konsep dasar hubungan antara BIM, BGH, dan PDS; juga dengan mengevaluasi kondisi eksisting implementasi BIM dan BGH pada proyek-proyek di Indonesia, yang kemudian hasil sintesisnya disusun dalam sebuah strategi yang sesuai. Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan ialah metode mix-methods yang menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian menggunakan Summative Content Analysis (SCA) untuk menemukan bahwa dalam hubungan BIM, BGH dan PDS, BIM bersifat mengoptimalkan kinerja BGH melalui peningkatan prinsip PDS. Selain itu, aspek proses menjadi aspek yang sangat penting pada implementasi keduanya dalam proyek, meski dalam penelitian sebelumnya, BIM lebih cenderung dibahas dari segi teknologi. Ini artinya, ketika BIM dihubungkan dengan BGH dan PDS, BIM lebih cenderung dilihat pengaruhnya dalam proses kerja, tidak hanya teknologi belaka. Sementara itu, melalui wawancara, diketahui implementasi BGH dalam proyek-proyek di Indonesia masih memiliki berbagai masalah. Selain adanya perbedaan implementasi BGH per proyek dikarenakan perbedaan keterlibatan TA dan proses kerja, permasalahan utama yang paling mendasar bagi para responden adalah kurangnya peran dan pengalaman tim; disusul permasalahan kurangnya adopsi teknologi dan masih lemahnya regulasi yang mendasari. Selain itu, integrasi antara BGH dan BIM di Indonesia juga belum dilakukan. Jika diintegrasikan, bidang BIM Maturity pada BGH bidang yang paling siap adalah bidang teknologi, sementara bidang paling lemah adalah bidang kebijakan. Ini menunjukkan bahwa aspek kebijakan justru dirasa paling diperlukan untuk dibenahi jika ingin mengimplementasikan GreenBIM. Selain itu, dengan menilik presentase 5 kategori permasalahan utama BGH dan potensi-potensi BIM pada BGH, integrasi BIM pada BGH dapat membantu hingga 65% permasalahan BGH di Indonesia, dengan catatan perlu ada pengoptimalan BIM dalam 3 bidang; teknologi, proses dan kebijakan. Dengan memperhatikan sintesis hasil temuan sebelumnya, strategi utilisasi BIM untuk peningkatan implementasi BGH dalam PDS kemudian disusun. Dalam penyusunan strategi, validasi ahli menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) menggarisbawahi prioritas potensi BIM dalam meningkatkan PDS ialah Layanan Koordinasi dan Integrasi, sementara prinsip Integrated PDS (IPDS) yang paling perlu ditingkatkan untuk mengoptimalkan BGH adalah Kontrak dan Regulasi. Ini mengindikasikan bahwa kedua hal tersebut adalah hal utama yang perlu dicapai dalam penyusunan strategi berikutnya. Dengan menimbang bahwa strategi perlu menyentuh dari aspek kebijakan hingga teknis, maka strategi kemudian disusun secara hierarkis, dari skala makro, meso dan mikro. Strategi makro lebih berfokus pada penguatan regulasi, seperti hasil dari validasi ahli sebelumnya. Strategi meso berfokus pada penguatan koordinasi dalam organisasi/proyek, sedangkan strategi mikro berfokus pada pengembangan individu terhadap kemampuan penggunaan BIM pada BGH. Semua strategi tersebut didasarkan pada hasil temuan baik pada konsep dasar hubungan BIM, BGH dan PDS, maupun pada kondisi eksisting implementasinya di Indonesia. Strategi lebih detail kemudian dijelaskan dengan process mapping menurut hasil sintesis temuan-temuan sebelumnya. Process mapping juga memperhatikan beberapa saran strategi BIM pada BGH, seperti penggunaan PDS terintegrasi, pengutamaan desain hijau pasif, penyusunan alur implementasi BGH yang menyesuaikan pengembangan LOD BIM, dsb. Dengan demikian, strategi diharapkan dapat bersifat menyeluruh karena berangkat dari konsep dasar hubungan BIM, PDS dan BGH serta kondisi eksistingnya di Indonesia.