digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bor Penunjang Migas (BPM) mengoperasikan 47 anjungan pemboran, di seluruh wilayah Indonesia. Selain anjungan pemboran, BPM mempunyai lini usaha penunjang pemboran seperti pemboran berarah, penyemenan, pembuatan lumpur bor, pemasangan selongsong sumur, coring, dan lain-lain. Lini usaha penunjang pemboran dianggap sebagai sampingan/ tambahan terhadap usaha penyewaan anjungan pemboran Dan pada umumnya, penyewaan jasa penunjang pemboran dilakukan terpisah terhadap sewa anjungan bor Sehingga, market share usaha penunjang pemboran di BPM tidak sebagus market share anjungan pemboran. Positifnya, asset usaha penunjang pemboran yang hanya 10% dari total asset produktif ini berkontribusi lebih dari 20% pendapatan perusahaan, dan secara konsisten memberikan laba bersih sekitar 15% dibandingkan laba bersihanjungan bor yang hanya 5%. Seiring dengan peningkatan aktivitas pemboran di Indonesia saat ini, sebagai perusahaan pemboran, BPM berharap pertumbuhan yang signifikan baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih. Untuk itu, dengan mempertimbangkan struktur asset dan kemampuan masing-masing lini usaha dalam menghasilkan laba, BPM melakukan perubahan strategi bisnis. Agar bisa meningkatan pangsa pasar dan produktivitas seluruh asset perusahaan, BPM akan menawarkan layanan end-toend pemboran terintegrasi, menggabungkan anjungan dan penunjang pemboran di dalam satu kontrak. BPM akan berubah dari perusahan anjungan pemboran menjadi layanan pemboran terintegrasi, yang sebelumnya menyewakan anjungan pemboran dan jasa-jasa penunjangnya secara terpisah, menjadi perusahaan yang mengerjakan pemboran sumur migas mulai dari design sampai sumur tersebut siap diproduksikan, dalam satu proyek pemboran terintegrasi. Thesis ini mendiskusikan proses trasnformasi BPM menjadi perusahaan pemboran terintegrasi tersebut. Di bagian pertama akan dilakukan survey kondisi dan akseptabilitas organisasi terhadap rencana transformasi bisnis tersebut. Langkah kedua, pemilihan metode transformasi, dalam hal ini metode ADKAR dianggap paling efektif sesuai kondisi Perusahaan. Kemudian mendefinisikan perubahan yang harus dilakukan pada komponen utama Perusahaan, diantaranya struktur organisasi, investasi peralatan, kompetensi karyawan dan perubahan proses bisnis. Selanjutnya adalah implementasi strategi bisnis baru (perubahan), termasuk pendekatan pilot project untuk mengevaluasi efektifitas proses transformasi. Dengan menjadi Perusahaan pemboran terintegrasi ini, diharapkan BPM bisa meningkatkan revenue dan profit dua kali lipat pada dua tahun setelah transformasi bisnis dilakukan.