Penelitian terdahulu telah menemukan bahwa terdapat logam berat pada sumber
air minum di Kabupaten Bandung. Terdapat risiko nonkarsinogenik dan
karsinogenik karena sifatnya yang toksik dan dapat terakumulasi secara biologis.
Terdapat 210 sampel sumber air minum dari data sekunder di Ciparay,
Dayeuhkolot, Margaasih, Baleendah, Majalaya, Pacet, Pangalengan, Rancaekek,
dan Soreang. Setiap kecamatan diukur pemanfaatan lahannya melalui pengukuran
poligon Google Earth. Dari data konsentrasi, dihitung hazard quotient (HQ) dan
hazard index (HI) untuk risiko nonkarsinogenik dan dihitung excess cancer risk
(ECR) untuk risiko karsinogenik. Simulasi Monte Carlo dilakukan terhadap nilai
HI dan ECR untuk mengurangi ketidakpastian. Diperoleh nilai peak dan persentil
ke-95.
PCA diterapkan pada data konsentrasi dan 2 komponen teratas dapat menjelaskan
38,56% variasi konsentrasi logam berat, muatan tinggi untuk PC1 adalah Cd, Pb,
dan Hg, untuk PC2 adalah Zn dan Cr. Pola konsentrasi logam berat serupa di
seluruh kecamatan. Logam berat yang menimbulkan risiko non-karsinogenik
paling banyak adalah As dan Hg, sedangkan risiko karsinogenik berasal dari As
dan Cr. Seluruh kecamatan dalam penelitian ini berisiko sedang dan tinggi untuk
risiko non-karsinogenik, dan berisiko tinggi untuk karsinogenik. Nilai 95% HI
berada pada rentang 2.93 – 10.16, sedangkan nilai ECR berada pada rentang
0.00167 – 0.00305. HI persentil ke-95 tertinggi adalah 10,51 di Pangalengan,
dikategorikan sebagai risiko non-karsinogenik tinggi. ECR persentil ke-95
tertinggi adalah 0,00305 di Ciparay, dengan kategori risiko karsinogenik tinggi. Tata guna lahan yang dianalisis meliputi industri, domestik, pertanian, dan lainlain. Persentase pemanfaatan lahan dan nilai risiko diplot ke dalam grafik regresi
linier dan nilai R2 rendah, menunjukkan hubungan yang lemah dan hanya
menjelaskan variabilitas yang kecil. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor lain
yang lebih berpengaruh yang memengaruhi nilai risiko.
Perpustakaan Digital ITB