Sektor pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia, secara konsisten berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, dengan kontribusi puncaknya mencapai 12,22% pada tahun 2022. Sebagai pemain penting di sektor ini, PT XYZ, sebuah perusahaan pertambangan batu bara milik negara, menghadapi tantangan dari volatilitas harga batu bara dan permintaan global yang berfluktuasi, keduanya berdampak langsung pada pendapatan dan profitabilitas perusahaan. Penerapan Kewajiban Pasar Dalam Negeri (DMO), yang mengharuskan batu bara dijual dengan harga di bawah patokan internasional, semakin menekan margin. Di tengah dinamika ini, PT XYZ telah merumuskan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) untuk meningkatkan penjualan batubara tahunan menjadi 100 juta ton pada tahun 2029, yang menuntut fundamental keuangan yang kuat dan strategi penilaian yang hati-hati.
Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan dan penilaian perusahaan PT XYZ dalam konteks strategi jangka panjangnya. Analisis internal terstruktur terhadap kinerja keuangan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dan komparatif, dengan menggabungkan rasio keuangan utama sebagaimana didefinisikan dalam Keputusan Menteri BUMN No. KEP100/MBU/2002, serta membandingkan kinerja PT XYZ dengan competitor didalam industri untuk periode 2021–2023, sementara kondisi eksternal dianalisis melalui kerangka PESTEL. Penilaian valuasi dilakukan menggunakan metode Free Cash Flow to the Firm (FCFF) dan teknik valuasi relatif (PER dan PBV).
Hasil studi menunjukkan bahwa perusahaan mempertahankan kondisi keuangan yang sehat sepanjang tahun yang diamati, mencapai peringkat AA pada tahun 2021 dan 2022 sebelum meningkat menjadi AAA pada tahun 2023. Analisis valuasi menggunakan pendekatan FCFF mengungkapkan bahwa valuasi skema optimis dari PT XYZ mencapai IDR 84,4 triliun, sehingga penting untuk mempercepat monetisasi batubara sebelum permintaan menurun. Valuasi relatif lebih lanjut menunjukkan bahwa PT XYZ masih undervalued dibandingkan dengan perusahaan sejenis, karena PER dalam skenario optimis dan moderat berada di bawah rata-rata industri, yang menunjukkan potensi kenaikan jika kepercayaan pasar meningkat melalui perbaikan operasional dan manajemen keuangan strategis.
Perpustakaan Digital ITB