Industri bio berbasis pulp dan kertas merupakan pilar penting bagi perekonomian global serta bagian utama dari perkembangan bioekonomi. Rantai pasoknya yang bergerak dari kebun hingga ekspor beroperasi dalam lingkungan yang semakin bergejolak, dipengaruhi oleh fragmentasi geopolitik, ketidakpastian regulasi, dan peningkatan mandat keberlanjutan. Dalam kondisi ini, pendekatan efisiensi biaya yang bersifat konvensional tidak lagi memadai untuk mengelola risiko sistemik. Salah satu tantangan utama yang berulang dalam sektor manufaktur berbasis serat di Indonesia adalah hadirnya kondisi modal yang terperangkap, yaitu ketika keterlambatan operasional, hambatan regulasi, dan ketidakselarasan internal menghambat konversi persediaan menjadi likuiditas secara efektif. Meskipun tekanan regulasi nasional dan internasional seperti Sistem Verifikasi Legalitas Kayu dan Regulasi Deforestasi Uni Eropa untuk ekspor produk akhir sering dianggap sebagai pemicu utama gangguan, studi ini menemukan bahwa mekanisme kegagalan utama justru berasal dari dalam organisasi.
Masalah ilmiah yang diangkat adalah berlanjutnya friksi organisasi meskipun terdapat arah strategis yang jelas, khususnya bagaimana perbedaan cara pandang antar fungsi menciptakan hambatan struktural yang memperkuat, bukan mengurangi, tekanan eksternal. Studi ini berargumen bahwa ketangguhan rantai pasok bukan hanya persoalan teknis tetapi juga persoalan perilaku dan tata kelola. Perbedaan logika antar fungsi dalam organisasi menimbulkan biaya keagenan dan asimetri informasi yang menghasilkan kondisi jebakan friksi, ketika keputusan yang tampak rasional di tingkat individu justru memunculkan ketidakefisienan di tingkat sistem. Untuk mengkaji hal ini, penelitian mengembangkan peta penyebaran risiko terpadu yang memadukan berbagai perspektif fungsional dan mengidentifikasi bahwa kapabilitas digital merupakan variabel kunci yang membedakan perusahaan yang mengalami gangguan operasional dari perusahaan yang mampu membangun ketangguhan strategis.
Penelitian ini menggunakan metodologi bertahap dan rancangan data dengan pendekatan campuran. Pada tahap diagnostik, Metodologi Sistem Lunak digunakan untuk menstrukturkan konteks masalah yang kompleks, sementara Pemodelan Struktural Interpretatif digunakan untuk memetakan hubungan hierarkis antar hambatan rantai pasok. Data dikumpulkan melalui dua belas elisitasi pakar mendalam dalam studi kasus tunggal di PT RAPP, pada sebuah lokasi industri terintegrasi vertikal berskala besar di Riau, Indonesia. Para ahli diklasifikasikan ke dalam tiga persona, yaitu Perisai Legitimasi yang mewakili fungsi Risiko dan Kepatuhan, Arsitek Throughput yang mewakili Operasi dan Logistik, serta Penjaga Nilai yang mewakili fungsi Keuangan dan Komersial. Tiga hierarki model struktural yang terpisah dibangun kemudian ditumpangkan untuk mengidentifikasi ketidaksinkronan struktural. Tahap prognostik memperluas analisis menggunakan pendekatan Narasi Skenario, yang memungkinkan setiap persona menavigasi berbagai kondisi masa depan dengan model Pemodelan Struktural Interpretatif berfungsi sebagai mesin logika.
Secara krusial, studi ini mengidentifikasi bahwa hambatan pendorong utama bagi mayoritas persona terletak pada dimensi Volatilitas (mencakup hambatan B1, B5, dan B8 terkait regulasi, geopolitik, dan lingkungan) serta Kapabilitas (mencakup hambatan B6, B7, dan B12 terkait teknologi lawas, SDM, dan fragmentasi). Melalui lensa Narasi Skenario, interaksi kedua dimensi ini memetakan empat jalur strategis: kondisi volatilitas tinggi dengan kapabilitas rendah menciptakan Jebakan Friksi, di mana restriksi modal menghambat modernisasi dan memicu risiko kepatuhan; kondisi stabil namun berkapabilitas rendah menyebabkan Kebocoran Senyap yang mengikis nilai secara perlahan; sementara kondisi kapabilitas tinggi dalam volatilitas rendah justru menghasilkan Mesin Efisiensi yang memicu Paradoks Kerapuhan akibat minimnya penyangga operasional. Oleh karena itu, studi ini merekomendasikan transisi strategis menuju Mesin Ketangguhan (kapabilitas dan volatilitas tinggi), di mana penyelarasan keputusan memungkinkan kapabilitas digital berfungsi sebagai lindung nilai (hedging) terhadap ketidakpastian sekaligus sarana menangkap peluang pasar hijau.
Kontribusi penelitian ini bersifat multidimensional. Secara metodologis, penelitian ini memperkenalkan kerangka Narasi Skenario sebagai alat diagnostik inovatif untuk menyelesaikan friksi antar departemen di lingkungan industri berisiko tinggi. Secara teoretis, penelitian ini berkontribusi pada tiga bidang utama. Pertama, dalam Manajemen Risiko Rantai Pasok, penelitian ini menunjukkan bagaimana kekakuan finansial berfungsi sebagai Penjaga Gerbang Struktural yang memperkuat penyebaran risiko eksternal. Kedua, dalam Manajemen Operasi Perilaku, penelitian ini menjelaskan bagaimana fokus operasional pada throughput fisik menciptakan Jebakan Kecepatan yang mengalihkan perhatian manajemen dari penyebab finansial yang mendasar. Ketiga, dalam Manajemen Rantai Pasok Keuangan, penelitian ini mengintegrasikan Teori Opsi Nyata untuk mendefinisikan kembali ketangguhan digital sebagai strategi lindung nilai yang mampu melepaskan modal yang terperangkap dalam bioekonomi.
Perpustakaan Digital ITB