Pengembangan persenyawaan padatan antara obat dengan obat banyak dikembangkan untuk
memperbaiki kelarutan, salah satunya adalah siprofloksasin yang dapat membentuk garam
dengan senyawa lain dalam beberapa perbandingan stoikiometri. Baru-baru ini telah
dilaporkan persenyawaan garam siprofloksasin-mefenamat 1:1 yang dibuat dengan solvent
dropped grinding (SDG) menggunakan pelarut metanol dan ditetapkan kelarutannya dengan
HPLC. Tujuan penelitian ini adalah mencari kemungkinan terbentuknya garam siprofloksasinmefenamat dalam perbandingan stoikiometri yang lain, mencari alternatif pelarut yang lebih
aman dan mengamati pengaruh konsentrasi pelarut terhadap pembentukan garam, melakukan
identifikasi garam dengan alat yang tersedia, dan mengembangkan metode alternatif penetapan
kadar yang lebih ramah lingkungan. Penetapan proporsi molar dilakukan dengan membuat
diagram fasa dari data elektrotermal. Selanjutnya dilakukan pembuatan garam dengan SDG
menggunakan etanol 98% dan 70%. Karakterisasi dilakukan dengan elektrotermal dan powder
X-ray diffraction (PXRD) dilanjutkan dengan elusidasi struktur menggunakan Fourier
Transform Infrared (FTIR) dan Nuclear Magnetic Resonance (NMR). Sedangkan penetapan
kadar dilakukan dengan mengembangkan metode spektrofotometri UV derivatif dalam media
air. Profil diagram fasa biner menunjukkan bahwa siprofloksasin-mefenamat berkemungkinan
membentuk persenyawaan dalam perbandingan 1:2 dan 2:1 selain 1:1. Namun garam yang
dihasilkan dari SDG dengan bantuan etanol pada 2 konsentrasi berbeda tetap menghasilkan
garam siprofloksasin mefenamat 1:1. Selanjutnya, analisis FTIR dapat mengidentifikasi bahwa
garam tersebut memiliki pita spesifik pada 3475, 3016, dan 1724 cm
-1
. Kemudian,
1
H-NMR
dalam pelarut CDCl3 menunjukkan interaksi garam yang cukup kuat dengan tidak
terdeteksinya puncak pada geseran kimia 9.119 ppm pada asam mefenamat. Berikutnya,
Spektra derivatif UV menunjukkan bahwa siprofloksasin dapat diukur pada panjang
gelombang 256 nm (derivat 1) dan asam mefenamat pada 217 nm (derivat 2). Selanjutnya, uji
kelarutan membuktikan bahwa penggaraman meningkatkan kelarutan siprofloksasin 2,7 kali
dan asam mefenamat 7,6 kali (di dalam air). Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak
ditemukan perbandingan garam yang lain dalam kondisi percobaan ini. Garam siprofloksasin
mefenamat 1:1 dapat dihasilkan dengan metode SDG menggunakan etanol, dan kadar pelarut
tidak berpengaruh terhadap hasil. Metode FTIR dan NMR terbukti dapat digunakan untuk
identifikasi pembentukan garam dan spektrofotometri UV derivatif dapat menjadi metode
alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk menganalisis kadar garam siprofloksasinmefenamat dan mengukur peningkatan kelarutan masing-masing obat dalam bentuk garam
secara simultan.
Perpustakaan Digital ITB