digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Desain ruang belajar, khususnya dalam konteks kelas studio, memainkan peran krusial dalam mendukung efektivitas pembelajaran dan kesejahteraan mahasiswa. Kelas studio merupakan ruang yang dirancang untuk mendorong eksplorasi ide, kolaborasi, dan pemikiran kreatif, sehingga kondisi fisik ruang, termasuk warna dindingnya, perlu dirancang secara strategis. Warna dinding bukan sekadar elemen estetika, tetapi juga memiliki dampak psikologis dan fisiologis terhadap penggunanya. Sebagai elemen visual terbesar dalam ruangan, dinding berperan penting dalam membentuk persepsi suasana dan kenyamanan ruang. Namun demikian, penerapan warna dinding dalam ruang kelas studio pada berbagai universitas di Indonesia umumya masih terbatas pada pertimbangan estetika, fungsi netral ruang, atau asumsi umum mengenai efek warna, dan belum sepenuhnya didasarkan pada temuan ilmiah yang mendalam, khususnya hubungan antara nilai objektivitas (respons fisiologis) dengan subjektivitas (persepsi) mahasiswa dalam pengalaman ruang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh warna dinding terhadap stres fisiologis dan persepsi mahasiswa di kelas studio. Fokus diarahkan pada tiga warna—putih, oranye, dan biru—yang dipilih berdasarkan hasil pilot study dan literatur sebelumnya. Stres fisiologis dipilih karena memberikan indikator objektif dan real-time terhadap respons tubuh, dengan evaluasi dilakukan melalui pengukuran Heart Rate Variability (HRV), sehingga dapat memperkuat dan memvalidasi persepsi subjektif terhadap kenyamanan ruang. Sedangkan persepsi mahasiswa terhadap suasana ruang diukur menggunakan skala Likert 1-7, yang mencakup tujuh indikator, yaitu preferensi/kesukaan (preference), kenyamanan (comfort), kesenangan (pleasant), ketenangan (calmness), motivasi (motivation), inspirasi (inspiration), dan fokus (focus). Selain itu, karena ruang kelas studio erat kaitannya dengan aktivitas kreatif, maka proses berpikir kreatif pun dilihat melalui Associative Concept Network Analysis (ACNA) untuk mengungkap struktur pemikiran, kedalaman ide, serta preferensi laten dari asosiasi kata spontan mahasiswa. Hasil menunjukkan bahwa ruang biru mampu menciptakan suasana lebih relaks dan mendorong kemunculan asosiasi ide yang lebih mendalam saat proses berpikir kreatif. Penelitian dilakukan dengan partisipan laki-laki dari latar belakang pendidikan di bidang kreatif berbasis studio, guna memastikan konsistensi hasil fisiologis dan relevansi konteks. Temuan diharapkan dapat menjadi dasar bagi rekomendasi desain untuk kelas studio dan berbagai jenis ruang lain yang mendukung eksplorasi ide serta kenyamanan fisiologis pengguna.