Desain ruang belajar, khususnya dalam konteks kelas studio, memainkan
peran krusial dalam mendukung efektivitas pembelajaran dan kesejahteraan
mahasiswa. Kelas studio merupakan ruang yang dirancang untuk mendorong
eksplorasi ide, kolaborasi, dan pemikiran kreatif, sehingga kondisi fisik ruang,
termasuk warna dindingnya, perlu dirancang secara strategis. Warna dinding bukan
sekadar elemen estetika, tetapi juga memiliki dampak psikologis dan fisiologis
terhadap penggunanya. Sebagai elemen visual terbesar dalam ruangan, dinding
berperan penting dalam membentuk persepsi suasana dan kenyamanan ruang.
Namun demikian, penerapan warna dinding dalam ruang kelas studio pada berbagai
universitas di Indonesia umumya masih terbatas pada pertimbangan estetika, fungsi
netral ruang, atau asumsi umum mengenai efek warna, dan belum sepenuhnya
didasarkan pada temuan ilmiah yang mendalam, khususnya hubungan antara nilai
objektivitas (respons fisiologis) dengan subjektivitas (persepsi) mahasiswa dalam
pengalaman ruang.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh warna dinding terhadap
stres fisiologis dan persepsi mahasiswa di kelas studio. Fokus diarahkan pada tiga
warna—putih, oranye, dan biru—yang dipilih berdasarkan hasil pilot study dan
literatur sebelumnya. Stres fisiologis dipilih karena memberikan indikator objektif
dan real-time terhadap respons tubuh, dengan evaluasi dilakukan melalui
pengukuran Heart Rate Variability (HRV), sehingga dapat memperkuat dan
memvalidasi persepsi subjektif terhadap kenyamanan ruang. Sedangkan persepsi
mahasiswa terhadap suasana ruang diukur menggunakan skala Likert 1-7, yang
mencakup tujuh indikator, yaitu preferensi/kesukaan (preference), kenyamanan
(comfort), kesenangan (pleasant), ketenangan (calmness), motivasi (motivation),
inspirasi (inspiration), dan fokus (focus). Selain itu, karena ruang kelas studio erat
kaitannya dengan aktivitas kreatif, maka proses berpikir kreatif pun dilihat melalui
Associative Concept Network Analysis (ACNA) untuk mengungkap struktur
pemikiran, kedalaman ide, serta preferensi laten dari asosiasi kata spontan
mahasiswa. Hasil menunjukkan bahwa ruang biru mampu menciptakan suasana
lebih relaks dan mendorong kemunculan asosiasi ide yang lebih mendalam saat
proses berpikir kreatif. Penelitian dilakukan dengan partisipan laki-laki dari latar
belakang pendidikan di bidang kreatif berbasis studio, guna memastikan konsistensi
hasil fisiologis dan relevansi konteks. Temuan diharapkan dapat menjadi dasar bagi
rekomendasi desain untuk kelas studio dan berbagai jenis ruang lain yang
mendukung eksplorasi ide serta kenyamanan fisiologis pengguna.
Perpustakaan Digital ITB