digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Open In Flipbook Nugi Nugraha

Laporan TA
PUBLIC Open In Flipbook Nugi Nugraha Ringkasan

Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia turut berkontribusi terhadap peningkatan volume air limbah domestik. Salah satu jenis limbah yang dominan adalah greywater, yaitu air limbah dari aktivitas non-fekal seperti mandi, mencuci, dan memasak. Greywater dari aktivitas pencucian (laundry) diketahui merupakan penyumbang terbesar dari total greywater domestik. Di sisi lain, ketersediaan air bersih terus menurun akibat dampak perubahan iklim dan urbanisasi, sementara sektor irigasi tetap menjadi pengguna air terbesar di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi greywater laundry sebagai alternatif media penyiraman untuk irigasi, dengan membandingkannya terhadap air tanah, serta menilai pengaruhnya terhadap karakteristik fisik-kimia tanah Andisol, jenis tanah vulkanik yang umum dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Metode penelitian dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan reaktor tanah Andisol dengan empat variasi perlakuan penyiraman selama delapan minggu. Analisis menunjukkan bahwa karakteristik greywater secara umum tidak jauh berbeda dari air tanah dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai alternatif air irigasi. Namun, kandungan salinitas greywater yang relatif lebih tinggi perlu diperhatikan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemberian greywater menyebabkan peningkatan nilai Exchangeable Sodium Percentage (ESP) dan akumulasi ion Na? yang signifikan, serta penurunan porositas dan permeabilitas tanah. Meskipun demikian, greywater juga berkontribusi terhadap peningkatan kadar fosfat, karbon organik, dan nitrogen dalam tanah. Pada air lindi, volume dan salinitas meningkat, menunjukkan potensi akumulasi ion terlarut. Sementara itu, tanaman indikator menunjukkan biomassa yang sedikit lebih rendah pada perlakuan greywater dibandingkan air tanah. Secara keseluruhan, greywater menunjukkan potensi untuk dimanfaatkan sebagai alternatif air irigasi, terutama karena kandungan nutrisinya yang bermanfaat bagi tanah. Namun, risiko terkait salinitas yang tinggi memerlukan pendekatan pengelolaan tambahan, seperti pengolahan awal terhadap parameter bermasalah, penerapan sistem fertigasi, atau pemanfaatan pada jenis tanah lain yang lebih toleran terhadap salinitas guna memastikan keberlanjutan penggunaannya