Antibiotic-Resistant Escherichia coli (AREc) dari ternak menimbulkan risiko yang
semakin meningkat terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, khususnya di
daerah pertanian yang terhubung dengan sistem sungai. Penelitian ini
mengkarakterisasi AREc dari peternakan sapi, domba, ayam, dan itik di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu, dengan tujuan untuk menghitung colonyforming units (CFU), membandingkan resistensi antar jenis ternak, menilai
kerentanan terhadap sembilan jenis antibiotik, serta mengevaluasi indeks Multiple
Antibiotic Resistance (MAR). Sampel dari beberapa lokasi dianalisis untuk CFU dan
resistensi antibiotik. Unggas (ayam dan itik) menunjukkan tingkat resistensi
tertinggi, diikuti oleh domba, sedangkan sapi memiliki tingkat terendah. Resistensi
paling tinggi ditemukan terhadap thiamfenikol, dengan tingkat yang cukup signifikan
pada eritromisin, klindamisin, siprofloksasin, dan tetrasiklin. Sebaliknya,
ceftazidime dan oksitetrasiklin menunjukkan tingkat resistensi yang lebih rendah,
sementara meropenem, meskipun paling rendah (~11%), tetap menjadi perhatian
karena penting secara klinis. Nilai Indeks MAR yang tinggi (0,6–0,9) di DAS Citarum
menunjukkan tekanan antibiotik yang parah dalam limbah ternak, setara dengan
limbah rumah sakit. Hal ini menyoroti kebutuhan mendesak akan pengendalian
antibiotik yang lebih ketat dan pengelolaan limbah yang lebih baik untuk mencegah
penyebaran resistensi lebih lanjut. Kesimpulannya, ternak di Citarum Hulu,
terutama unggas, merupakan reservoir penting AREc. Kehadiran resistensi multiobat, termasuk resistensi terhadap antibiotik kritis, menegaskan perlunya
peningkatan pengelolaan penggunaan antimikroba (antimicrobial stewardship) dan
praktik peternakan berkelanjutan.
Perpustakaan Digital ITB