digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Nanda Putri
PUBLIC Open In Flipbook Irwan Sofiyan

Waduk kaskade Saguling, Cirata, dan Ir. H. Djuanda memiliki peran strategis dalam penyediaan sumber daya air untuk berbagai kebutuhan di wilayah Sungai Citarum, antara lain penyediaan air baku, irigasi, serta pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Namun demikian, pengelolaan ketiga waduk tersebut menghadapi tantangan dalam memastikan pemerataan distribusi air (equal sharing), khususnya pada saat terjadi kondisi iklim ekstrem. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak anomali iklim, khususnya fenomena La Niña dan El Niño, terhadap kinerja operasional dan mekanisme equal sharing pada sistem waduk kaskade Saguling, Cirata, dan Ir. H. Djuanda, baik sebelum maupun setelah beroperasinya Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Bandung Terintegrasi. Tahun-tahun acuan klimatologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2010 (La Niña kuat), 2013 (normal), dan 2015 (El Niño kuat). Simulasi dilakukan menggunakan software RIBASIM dalam enam skenario, yang merupakan kombinasi dari dua kondisi infrastruktur (sebelum dan sesudah operasi SPAM) dan tiga variasi iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi muka air (TMA) tertinggi untuk waduk Saguling dan Cirata terjadi pada kondisi iklim normal, dengan seluruh TMA waduk berada dalam ambang batas operasi normal atas (BON-A) dan batas operasi normal bawah (BON-B). Sementara itu, TMA waduk Ir. H. Djuanda cenderung melebihi BON-A pada bulan September hingga Desember pada kondisi La Niña dan normal. Pada kondisi sebelum beroperasinya SPAM, deviasi equal sharing rata-rata tertinggi terhadap target Rencana Tahunan Operasi Waduk (RTOW) terjadi pada saat La Niña, yaitu masing-masing sebesar -1,86% (Saguling), -2,87% (Cirata), dan 4,74% (Ir. H. Djuanda). Produksi listrik yang dihasilkan PLTA Saguling selalu mencapai target firm energy RTOW, sedangkan PLTA Cirata tidak mencapai target pada bulan Juni saat La Niña (94%) dan bulan Juni–Juli saat El Niño (62% dan 96%). Kebutuhan air untuk PDAM, industri, dan irigasi di wilayah hilir terpenuhi seluruhnya pada semua skenario iklim. Setelah beroperasinya SPAM Kota Bandung Terintegrasi (3,5 m³/detik), TMA waduk Saguling dan Ir. H. Djuanda mengalami sedikit penurunan. PLTA Saguling tidak mencapai target firm energy pada bulan Juni saat El Niño (94%), sedangkan PLTA Cirata tidak memenuhi firm energy pada bulan Juni saat La Niña (91%) dan bulan Juni–Juli saat El Niño (57% dan 91%). Namun, seluruh kebutuhan air, termasuk SPAM, berhasil dipenuhi. Empat skenario optimasi dilakukan untuk mengoptimalkan nilai equal sharing. Ketika La Niña terjadi dan SPAM belum beroperasi (Optimasi 1), penyesuaian pada firm storage level dan firm energy meningkatkan nilai TMA Saguling (0,10%) dan Cirata (0,21%), serta menurunkan TMA Ir. H. Djuanda sebesar 1,30%, sehingga meningkatkan nilai equal sharing pada ketiga waduk (Saguling 85,32%, Cirata 91,70%, Ir. H. Djuanda 97,93%). Pada kondisi El Niño sebelum SPAM beroperasi (Optimasi 2), perubahan TMA relatif kecil, dengan peningkatan equal sharing (Saguling 20,97%, Cirata 10,20%, Ir. H. Djuanda 64,29%). Untuk kondisi sesudah SPAM beroperasi, Optimasi 3 (La Niña) dan Optimasi 4 (El Niño) dilakukan beberapa perubahan pada firm storage level, sehingga meningkatkan nilai equal sharing menjadi masing-masing waduk sebesar 75,32%, 94,57%, dan 94,03% untuk Saguling, Cirata, dan Ir. H. Djuanda (La Niña), serta meningkat sebesar 70,31%, 82,61%, dan 65,85% (El Niño). Meskipun terjadi sedikit penurunan produksi listrik, seluruh kebutuhan air untuk berbagai sektor tetap terpenuhi secara optimal. Secara keseluruhan, skenario optimasi terbukti efektif dalam menyeimbangkan target operasional waduk dan distribusi air, bahkan dalam kondisi iklim ekstrem dan tambahan kebutuhan air dari SPAM.