Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variabilitas iklim lokal dan
regional terhadap produksi listrik Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di
Pulau Lombok selama periode 2019 hingga awal 2024. Fokus utama penelitian ini
mencakup variabel suhu udara, radiasi matahari, tutupan awan, serta dua indeks
iklim global, yaitu Dipole Mode Index (DMI) dan Oceanic Niño Index (ONI). Data
diperoleh dari sumber reanalisis iklim ERA5 dan laporan produksi PLTS, kemudian
dianalisis menggunakan pendekatan statistik yang meliputi korelasi Spearman,
regresi linier berganda, dan analisis komposit berdasarkan fase IOD dan ENSO.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari merupakan variabel paling
dominan dalam memengaruhi produksi listrik PLTS. Korelasi Spearman antara
radiasi dan produksi listrik tergolong kuat di seluruh lokasi PLTS (? > 0,6) dan
signifikan secara statistik (p < 0,001). Sebaliknya, suhu udara memiliki korelasi
negatif yang lemah, dengan kisaran fluktuasi suhu yang terlalu kecil untuk
berdampak signifikan pada efisiensi panel surya. Tutupan awan secara musiman
juga memainkan peran penting; penurunan cloud cover selama musim kemarau atau
pada fase IOD Positif terbukti meningkatkan intensitas radiasi dan output listrik
PLTS.
Indeks iklim global seperti DMI dan ONI tidak menunjukkan hubungan langsung
yang signifikan terhadap produksi listrik secara statistik, namun analisis komposit
mengindikasikan bahwa keduanya memengaruhi pola atmosferik seperti tutupan
awan dan curah radiasi secara tidak langsung. Fase IOD Positif dan El Niño
cenderung menciptakan kondisi atmosfer yang lebih kering dan cerah, mendukung
peningkatan produksi listrik.
Secara keseluruhan, studi ini menegaskan pentingnya integrasi parameter iklim
regional dalam desain dan pengelolaan PLTS di wilayah tropis seperti Lombok agar
dapat meningkatkan efisiensi dan ketahanan sistem terhadap dinamika iklim
tahunan dan musiman.
Perpustakaan Digital ITB