digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Aulia Rahma Efendi
PUBLIC Open In Flipbook Rita Nurainni, S.I.Pus

Selama musim kemarau Juni hingga September (JJAS), sebagian besar wilayah Indonesia mengalami penurunan curah hujan. Namun, pada beberapa tahun, anomali curah hujan musiman bawah atau atas normal telah terjadi. Meskipun El Niño Southern Oscillation (ENSO) dikenal sebagai fenomena utama yang memengaruhi variasi curah hujan antar tahun di Indonesia, musim kemarau anomali juga terjadi pada tahun-tahun ENSO netral. Karena ENSO terutama memengaruhi transpor kelembapan zonal, studi ini berfokus pada kontribusi transpor kelembapan meridional dalam menyebabkan anomali curah hujan pada musim kemarau yang terkait dengan kondisi ENSO netral. Dalam studi ini, data reanalisis ERA5 dari tahun 1995 hingga 2024 pada musim JJAS dianalisis untuk mengidentifikasi peristiwa anomali curah hujan, serta menghitung fluks kelembapan zonal dan meridional sepanjang batas domain pada lower level (1000–700 hPa) dan upper level (850–300 hPa). Selain itu, korelasi antara fluks kelembapan dan beberapa indeks iklim juga dianalisis. Hasilnya menunjukkan bahwa, dari 12 kejadian curah hujan bawah normal yang diidentifikasi, 7 di antaranya terjadi dalam kondisi ENSO netral, sedangkan hanya 2 dari 6 peristiwa curah hujan atas normal yang tidak terkait dengan La Niña. Untuk kondisi curah hujan bawah normal dalam kondisi ENSO netral, dikonfirmasi bahwa transpor kelembapan meridional ke Utara lebih tinggi dan transpor kelembapan yang masuk dari batas Selatan juga lebih rendah, meskipun terdapat transpor kelembapan yang juga lebih besar dari batas Timur yang masuk ke wilayah Indonesia, dibandingkan dengan tahun-tahun El Niño. Hal ini menunjukkan bahwa, tanpa adanya pengaruh ENSO yang dominan, peran transpor kelembapan meridional ke Utara menjadi lebih signifikan dalam memicu curah hujan musim kemarau bawah normal di Indonesia. Namun, korelasi antara anomali transpor kelembapan dan indeks iklim global seperti Southern Annular Mode (SAM), Northern Annular Mode (NAM), dan Pacific Decadal Oscillation (PDO) tidak konsisten, menunjukkan interaksi yang lebih kompleks antara banyak faktor yang memengaruhi iklim di Benua Maritim Indonesia dan wilayah sekitarnya. Karena keterbatasan kejadian sampel, anomali curah hujan atas normal pada kondisi ENSO netral tidak diteliti secara rinci dalam studi ini.