digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rheinhart C H Hutauruk
PUBLIC Open In Flipbook Rita Nurainni, S.I.Pus

Penentuan tanggal onset monsun sangat krusial dalam mendukung sektor pertanian, pengelolaan sumber daya air, dan mitigasi bencana di wilayah tropis seperti Sulawesi. Penelitian ini mengembangkan pendekatan penentuan onset berbasis harian dengan mengintegrasikan kriteria lokal dan regional, untuk mengatasi keterbatasan metode sebelumnya yang hanya menggunakan resolusi pentad atau dasarian. Kriteria lokal ditentukan dari titik minimum metode Cumulative Anomaly (CA) pada data curah hujan harian, sementara kriteria regional dihitung dari transpor kelembapan menggunakan model backward trajectory HYSPLIT untuk mendapatkan wilayah sumber kelembapan dominan saat monsun aktif. Kajian ini juga membagi Sulawesi ke dalam lima region berdasarkan hasil analisis harmonik untuk mengakomodasi variasi siklus annual dan semi-annual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan gabungan antara indikator lokal dan regional secara efektif mampu mengidentifikasi tanggal onset monsun di berbagai wilayah Sulawesi. Penentuan dilakukan secara paralel, dimulai dari penentuan tanggal minimum anomali kumulatif curah hujan CA sebagai indikasi peningkatan curah hujan, lalu dilanjutkan dengan analisis sumber kelembapan harian dalam rentang ±30 hari dari tanggal tersebut. Tanggal onset ditetapkan apabila kelembapan dominan berasal dari wilayah sumber yang sesuai dengan distribusi klimatologis pada fase puncak musim hujan. Pendekatan ini terbukti pada region dengan pola annual (A1–A4) dan semi-annual (S), khususnya yang menerima kontribusi kelembapan signifikan dari NM, TM, dan SM. Tanggal onset rata-rata di setiap region bervariasi, mulai dari 9 November 7 Desember di Region A1, 20 November hingga 14 Desember di Region A2, 4 hingga 10 Desember di Region A3, akhir 27 April hingga 7 Mei di A4, serta dua fase onset pada Region S yakni sekitar 25 April hingga 11 Mei dan 3 November hingga 8 Desember. Subregion seperti A4_4 dan S_3 menunjukkan ketidaksesuaian dengan indikator regional, yang mengindikasikan pengaruh kelembapan lokal yang lebih dominan dan perlunya pengembangan kriteria adaptif untuk wilayah tersebut. Selain itu, analisis komposit atmosfer menunjukkan kontras angin dan curah hujan yang signifikan sebelum dan sesudah onset, terutama di subregion yang memiliki angin dominan yang jelas saat monsun aktif.