digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Musim kemarau 2015 bersamaan dengan menguatnya El Nino menyebabkan terjadinya bencana kekeringan di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Kabupaten Bandung. Di kabupaten Bandung, dampak kekeringan yang banyak dirasakan masyarakat adalah berkurangnya ketersediaan air bersih (krisis air bersih). Saat musim kemarau di tahun 2014 krisis air bersih melanda 14 kecamatan dari 31 kecamatan, di tahun 2015 krisis ini meluas hingga melanda semua kecamatan (data BPBD, 2015). Informasi prakiraan musim yang dipublikasi masih belum mampu mendorong kegiatan mitigasi yang efektif, terutama di daerah yang sering mengalami bencana. Dalam kejadian bencana kekeringan di kabupaten Bandung, justru yang terjadi adalah makin meluasnya bencana krisis air bersih saat kemarau 2015. Berulangnya krisis air bersih di kabupaten Bandung yang diperparah dengan menguatnya El Nino, diduga bahwa kegiatan mitigasi bencana belum berjalan optimal. Dalam penelitian ini akan dilakukan penelusuran di lapangan untuk memperoleh jawaban atas permasalahan krisis air bersih dalam musim kemarau 2015. Teori jaringan-aktor digunakan dalam penelusuran dan analisis data lapangan. Sedangkan pembahasan atas temuan di lapangan menggunakan konsep ruang informasi bersama. Bahwa di dalam kegiatan mitigasi bencana yang merupakan kerja kooperatif dan melibatkan banyak agen, membutuhkan agen yang memiliki peran sentral dalam pengkoordinasian agen-agen. Adanya agen sentral ini akan dapat mengkoordinasikan aktifitas para agen yang menghuni ruang informasi. Agen sentral ini harus dapat memelihara keseragaman pemahaman para agen yang menghuni ruang informasi ini terhadap informasi, obyek-obyek maupun kegiatan / kejadian yang ada di dalam ruang informasi mitigasi krisis air bersih. Banyaknya kegiatan dan obyek yang ada ini menentukan ukuran ruang informasi upaya mitigasi krisis air bersih. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa informasi prakiraan musim kemarau belum tersebar luas hingga ke masyarakat karena belum adanya mekanisme kerjasama yang jelas dalam penyebaran informasi. Struktur ruang informasi bersama dalam upaya mitigasi bencana krisis air bersih masih sempit dan terpecah-pecah karena lemahnya koordinasi antar lembaga-organisasi. Hal ini dipengaruhi oleh struktur organisasi BPBD dan dukungan anggaran dalam upaya penanganan bencana.