digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Open In Flipbook Nugi Nugraha

Airborne microplastics (AMPs) berpotensi menimbulkan dampak ekologis dan kesehatan yang serius melalui transportasi atmosferik, deposisi lintas• kompartemen, serta inhalasi. Namun, pengetahuan terkait polutan ini masih terbatas. Penelitian ini mengisi kesenjangan tersebut dengan menentukan konsentrasi, karakteristik, dan sumber potensial AMPs di Kota Bandung (musim basah dan musim kering) serta Kota Jakarta Barat (musim basah). Pengambilan sampel dilakukan secara aktif menggunakan multi-nozzle cascade impactor (MCI) yang memisahkan tiga fraksi ukuran (PM>10, PM2,s-10, PM2,s), kemudian dianalisis menggunakan µ-FTIR. Ditemukan bahwa konsentrasi dan karakteristik AMPs bervariasi secara temporal dan spasial. Bandung musim basah menunjukkan median konsentrasi tertinggi (::::::5,36 partikel/m3, rentang 1,03-13,24 partikel/m3), Bandung musim kering lebih rendah dan stabil (median ::::::2,28 partikel/m3, 1,29- 3,40), sedangkan Jakarta Barat musim basah berada pada level menengah-rendah (median ::::::1,77 partikel/rn'', 1,54-3,91). Fraksi PM2,s dominan di semua kondisi (±54-71 %) sehingga potensi inhalasi tinggi. Terdapat total 16 polimer teridentifikasi. AMPs Bandung musim basah sangat didominasi PE, sedangkan Bandung musim kering dan Jakarta Barat musim basah didominasi PE dan Nylon. Distribusi ukuran fisik miring ke kanan, Bandung kering memiliki ukuran tipikal paling kecil dan homogen (rata-rata 11,00 ± 34,04 µm), diikuti Jakarta Barat basah (12,41 ± 26,53), dan Bandung basah (21,53 ± 26,42). Morfologi pada semua kelompok serupa, dengan dominasi fragment (>74%) dibandingkan granule (0- 14%) danfiber (0-11 %). Sebagian besar AMPs memiliki tingkat degradasi tinggi dengan estimasi usia >28 hari. Sumber potensial utama AMPs rneliputi penggunaan plastik sekali pakai, tekstil, debu j alan, konstruksi, serta industri. Penilaian risiko menunjukkan kategori rendah (Bandung basah) hingga rendah-menengah (Bandung kering dan Jakarta Barat basah). Strategi mitigasi AMPs mencakup pengurangan plastik sekali pakai, pengendalian emisi dari berbagai sektor, perbaikan pengelolaan sampah, dan peningkatan edukasi publik.