digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penyakit infeksi masih menjadi permasalahan kesehatan global, termasuk di Indonesia. Sekitar 13,7 juta kematian terjadi akibat infeksi bakteri, dan sekitar 1,27 juta kematian disebabkan oleh resistensi antimikroba. Selain itu, infeksi jamur juga menjadi ancaman lain, dengan sekitar 7,7 juta kasus di Indonesia. Salah satu penyebab tingginya angka kejadian ini adalah menurunnya efektivitas obat akibat resistensi antimikroba. Upaya pengembangan senyawa antimikroba baru terus dilakukan, terutama dari bahan alam bahari, termasuk kelompok ganggang laut hijau seperti Caulerpa lentillifera dan Caulerpa racemosa. Kedua spesies ini mengandung senyawa aktif seperti asam lemak jenuh dan tidak jenuh, terpen, alkaloid, polifenol, tannin, saponin, flavonoid, serta metabolit caulerpin yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba. Namun, penelitian sebelumnya masih terbatas pada uji aktivitas terhadap patogen perairan atau bakteri pembusuk makanan, tanpa mengeksplorasi mekanisme kerja atau komponen fraksinya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antimikroba ekstrak air, etanol, dan etil asetat, serta fraksi terpilih dari C. lentillifera, C. racemosa, dan metabolit caulerpin terhadap bakteri dan jamur patogen. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis mekanisme kerja senyawa aktif serta mengevaluasi keamanan ekstrak melalui uji toksisitas akut dan subkronik pada hewan coba. Kedua spesies Caulerpa berasal dari wilayah Jepara, Jawa Tengah. Setelah dikeringkan pada suhu 40°C, bahan dibuat menjadi simplisia dan diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut air, etanol, dan etil asetat. Fraksinasi dilakukan melalui KCV menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, kloroform, dan metanol dengan kepolaran yang berbeda. Aktivitas antimikroba dievaluasi menggunakan metode mikrodilusi untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Selain itu, dilakukan uji time-kill curve, bioautografi, dan analisis kandungan senyawa aktif menggunakan LC-HRMS. Mekanisme kerja fraksi aktif diamati melalui mikroskop elektron (SEM) dan uji kebocoran sel dengan absorbansi pada panjang gelombang 260/280 nm. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas penghambatan terbaik terhadap bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. Pengujian terhadap Staphylococcus aureus menunjukkan KHM paling rendah (256 µg/mL) oleh kedua ekstrak dan caulerpin. Pada bakteri Gram-negatif, Salmonella paratyphi B menunjukkan KHM 256 µg/mL oleh ekstrak dan 512 µg/mL oleh caulerpin. Terhadap jamur Candida albicans, ekstrak etanol C. lentillifera (EECL) menunjukkan KHM 512 µg/mL, sementara C. racemosa (EECR) dan caulerpin memiliki KHM 256 µg/mL. Skrining fitokimia menunjukkan bahwa EECL mengandung alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, dan fenol. Ekstrak etanol kemudian difraksinasi, menghasilkan 11 fraksi. Fraksi 4 dari C. lentillifera (F4CL) dan Fraksi 3 dari C. racemosa (F3CR) menunjukkan aktivitas antibakteri terbaik, dengan KHM 128 µg/mL terhadap S. aureus dan S. paratyphi B. Caulerpin menunjukkan KHM 256 µg/mL terhadap S. aureus dan 512 µg/mL terhadap S. paratyphi B. Uji time-kill curve menunjukkan efek bakteriostatik. Hasil SEM memperlihatkan kerusakan struktur permukaan sel bakteri, seperti permukaan kasar, lubang, dan penyusutan sel. Uji absorbansi 260/280 nm menunjukkan adanya kebocoran isi sel, seperti asam nukleat dan protein. Aktivitas antijamur F4CL dan F3CR menunjukkan KHM masing-masing 64 µg/mL dan 128 µg/mL, sedangkan caulerpin memiliki KHM 256 µg/mL. Bioautografi menunjukkan zona hambat pada C. albicans dengan diameter 20 mm (F4CL) dan 15 mm (F3CR). Uji time-kill curve menunjukkan aktivitas fungistatik. SEM menunjukkan kerusakan struktur sel dan pseudohifa pada C. albicans. Peningkatan absorbansi 260/280 nm juga menunjukkan terjadinya kebocoran komponen seluler penting. Analisis LC-HRMS F4CL dan F3CR mengidentifikasi keberadaan senyawa bioaktif seperti asam lemak, amida dan ester asam lemak, alkaloid, vitamin, sterol, kumarin, dan fenol yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri dan jamur. Uji toksisitas menunjukkan bahwa tidak terdapat kematian atau gejala toksisitas pada hewan uji selama uji toksisitas akut dan subkronik. Nilai LD50 untuk EECL dan EECR melebihi 5000 mg/kg berat badan. Tidak ditemukan perubahan signifikan pada berat badan, organ, hematologi, biokimia, maupun histologi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol, fraksi aktif (F4CL dan F3CR), serta caulerpin menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap S. aureus, S. paratyphi B, dan C. albicans. Mekanisme kerjanya melibatkan kerusakan struktur sel dan kebocoran komponen intraseluler. Selain itu, ekstrak dari kedua spesies Caulerpa terbukti aman dalam pengujian toksisitas, menunjukkan potensinya sebagai kandidat bahan alam untuk agen antimikroba yang efektif dan aman.