Resistansi terhadap antimikroba menjadi ancaman global yang diperburuk oleh praktik pemberian antibiotik tanpa resep, terutama di apotek, meskipun telah ada regulasi yang melarangnya. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kepatuhan apotek di Kota Cimahi dalam penjualan antibiotik tanpa resep menggunakan metode mystery shopper. Penelitian dilakukan secara deskriptif-observasional dengan pendekatan potong lintang, melibatkan 64 apotek sebagai sampel. Aktor mystery shopper dan skenario yang digunakan dalam penelitian ini telah disusun secara terstandar guna memastikan konsistensi pelaksanaan dan validitas data yang diperoleh. Simulasi dilakukan dengan skenario pasien yang mengeluhkan gejala influenza-like illness (ILI). Hasil menunjukkan bahwa 98% apotek (n = 63/64) tidak langsung menawarkan antibiotik, namun 24% (n = 15/63) tetap memberikannya setelah diminta secara spesifik. Dari 16 apotek yang memberikan antibiotik, seluruhnya memberikan jenis antibiotik amoksisilin. Dari segi edukasi, 56% apotek (n = 9) yang terkategorikan ”baik” dalam memberikan informasi lengkap terkait penggunaan antibiotik. Analisis statistik (p = 0,003) menunjukkan lokasi apotek, terutama di kawasan padat seperti Cimahi Tengah, memiliki korelasi asosiasi yang sangat kuat (Cramer’s V = 0,4238) terhadap kemungkinan pemberian antibiotik. Hasil ini menunjukkan bahwa masih terdapat praktik pemberian antibiotik tanpa resep, sehingga menegaskan perlunya edukasi yang lebih mendalam dan pengawasan ketat untuk mencegah penggunaan antibiotik yang tidak rasional, khususnya dalam kasus ILI.
Perpustakaan Digital ITB