digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Nathan Aristiphano
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Stunting, yakni gangguan perkembangan fisik dan kognitif anak akibat malnutrisi kronis, masih menjadi masalah di Indonesia dan dunia. Selain pemenuhan gizi, disbiosis mikrobioma usus juga berperan dalam patogenesis stunting. Bakteriosin, salah satu modulator alami mikrobioma usus, berpotensi digunakan sebagai pengontrol mikroba dalam penanganan stunting. Penelitian sebelumnya telah mengisolasi 14 kandidat patogen dan probiotik dari feses bayi yang mampu membentuk biofilm dalam cekaman saluran cerna. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menentukan isolat bakteri Gram-negatif dari feses bayi yang berpotensi menghasilkan bakteriosin; (2) menentukan profil penghambatan pembentukan biofilm oleh bakteri Gram-negatif penghasil bakteriosin dalam kultur campuran; (3) menentukan model interaksi bakteri Gram-negatif penghasil bakteriosin dalam biofilm kultur campuran; serta (4) menentukan profil pertumbuhan bakteri Gram-negatif penghasil bakteriosin dan profil produksi bakteriosinnya. Aktivitas bakteriosin dideteksi melalui uji difusi cakram Kirby-Bauer ekstrak kasar bakteriosin (diperoleh melalui presipitasi amonium sulfat media pertumbuhan) terhadap bakteri indikator: Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, dan Staphylococcus aureus (105 CFU/mL). Penghambatan pembentukan biofilm diamati melalui crystal violet biofilm assay dan analisis dinamika populasi. Signifikansi statistik ditentukan dengan uji ANOVA, diikuti uji Tukey HSD (? = 5%). Dari purifikasi dan karakterisasi 14 isolat awal, didapatkan 15 isolat murni bakteri Gram-negatif. Ekstrak kasar bakteriosin 9 dari 15 isolat mampu membentuk zona bening terhadap P. aeruginosa, dengan zona bening terbesar dan stabil dihasilkan isolat OBI7 (5,3 mm) dan PAT6 (3,7 mm). Dalam biofilm kultur campuran, uji ANOVA menunjukkan efek antagonistik signifikan OBI7 terhadap E. coli dan P. aeruginosa, serta PAT6 terhadap E. coli. Analisis dinamika populasi dilakukan terhadap ko-kultur OBI7 dengan P. aeruginosa tidak menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan OBI7 maupun P. aeruginosa, sehingga penurunan kemampuan pembentukan biofilm diprediksi disebabkan oleh gangguan rekrutmen sel maupun sintesis matriks. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkarakterisasi peran isolat dalam dinamika komunitas mikroba. Kurva pertumbuhan menunjukkan fase logaritmik OBI7 hingga 9 jam (? = 0,724 jam-1). Profil produksi bakteriosin belum berhasil diidentifikasi selama pertumbuhan karena reprodusibilitas yang rendah, sehingga diperlukan optimasi lebih lanjut.