Kampung kota riparian di Indonesia, seperti yang berada di sepanjang Kali Pepe di Surakarta, menghadapi penurunan sosial-ekologis yang signifikan. Upaya revitalisasi konvensional yang bersifat top-down sering kali gagal, memarjinalkan komunitas lokal serta mengabaikan potensi ekologi dan budaya yang ada. Tesis ini memperkenalkan model desain regeneratif alternatif untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut. Dengan mengintegrasikan pendekatan Ecopuncture dan model Community-Based Ecotourism (CBET), studi ini secara sistematis mengidentifikasi area kunci untuk intervensi. Melalui analisis penyaringan berlapis terhadap kawasan Kali Pepe, Kampung Sewu dipilih sebagai lokasi utama. Di dalam komunitas ini, lima titik strategis ditentukan untuk implementasi desain.
Desain yang diusulkan mencakup lima intervensi, yaitu Lokakarya Pawon dan Taman, Lokakarya Atsiri, Visitor Center & Lokakarya Apem, Lokakarya Pamrih, dan Lokakarya Banyu. Setiap lokasi dirancang adaptif terhadap banjir, terintegrasi dengan alam, serta mendukung warisan lokal. Dengan kerangka berpikir yang berlandaskan pada konsep harmoni ekologis (Lestari), kesejahteraan komunal (Raharja), dan semangat budaya (Sukma), konsep inovatif ini bertujuan meningkatkan kualitas fisik dan ekologis kawasan. Tujuan akhirnya adalah memperkuat ketahanan, identitas, dan kesejahteraan ekonomi komunitas lokal, serta menjadikan Kampung Sewu sebagai model pengembangan kawasan riparian yang inklusif dan berkelanjutan. Tesis ini memberikan kontribusi berupa kerangka kerja intervensi yang dapat direplikasi di kawasan serupa, sekaligus menawarkan model desain yang kontekstual, inklusif, dan regeneratif.
Perpustakaan Digital ITB