Sektor industri, domestik, transportasi, dan kebakaran hutan dan lahan merupakan
beberapa kontributor emisi polutan di Sulawesi, sehingga memerlukan langkahlangkah mitigasi guna memperbaiki kualitas udara dan mempertahankan kesehatan
lingkungan serta masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
inventarisasi dan pemodelan polutan NOx, SO2, PM10, dan PM2,5 dari keempat
sektor tersebut sebagai langkah pengelolaan, serta merumuskan pemodelan
backward trajectory untuk menemukan potensi pemindahan polutan jarak jauh.
Inventarisasi dilakukan dengan menghitung beban emisi yang dihasilkan ketiga
sektor tersebut, dan memetakannya ke dalam grid berbasis GIS dengan resolusi 9
km x 9 km. Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa provinsi yang paling
berkontribusi pada emisi sektor industri, transportasi, dan domestik adalah Sulawesi
Selatan, dengan beban emisi signifikan NOx 330.831,8 ton/tahun dan SO2
137.467,9 ton/tahun. Pada sektor karhutla, provinsi dengan emisi tertinggi adalah
Sulawesi Tenggara, dengan beban emisi signifikan PM10 5.228,8 ton/tahun dan
PM2,5 4.605,1 ton/tahun. Distribusi spasial emisi menunjukkan bahwa emisi dari
sektor industri dan domestik memusat pada daerah ibukota-ibukota Sulawesi,
sektor transportasi memusat pada ibukota-ibukota dan jalan-jalan yang
menghubunginya, dan sektor karhutla terdistribusi terhadap hutan-hutan yang ada
di Sulawesi. Hasil pemodelan HYSPLIT menunjukkan bahwa pada periode musim
kemarau, Kota Gorontalo, Kabupaten Mamuju, dan Kota Makassar berpotensi
menjadi resepien long range transport polutan, serta pada periode peralihan musim
kemarau ke musim hujan, Kabupaten Mamuju juga mengalami hal yang sama.
Perpustakaan Digital ITB