digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Chani Pradasara
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Chani Pradasara
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Chani Pradasara
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Chani Pradasara
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Chani Pradasara
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Chani Pradasara
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Chani Pradasara
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

Transisi menuju sumber energi rendah karbon sangat penting bagi industri yang ingin memenuhi target iklim global dan mematuhi komitmen nasional Indonesia dalam Perjanjian Paris. Salah satu inisiatif yang menjanjikan dalam konteks ini adalah pengembangan sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) tipe ground-mounted. Studi ini mengevaluasi kelayakan tekno-ekonomi penerapan sistem PLTS di Pabrik Amonium Nitrat, dengan fokus khusus pada pengurangan emisi Scope 2 yang terkait dengan konsumsi listrik untuk proses produksi. Dengan beralih dari listrik yang sebagian besar berasal dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan, perusahaan dapat secara signifikan menurunkan jejak karbonnya. Penggunaan perangkat lunak RETScreen Expert memungkinkan evaluasi yang komprehensif terhadap kinerja energi dan kelayakan finansial. Studi ini mengkaji parameter-parameter utama, termasuk potensi radiasi matahari, hasil energi yang diharapkan, investasi awal, penghematan operasional, dan pengurangan emisi. Alat pemodelan dalam RETScreen memberikan kerangka kerja yang terstruktur dan andal untuk menilai kelayakan proyek energi terbarukan berdasarkan berbagai asumsi. Penerapan PLTS dalam sektor manufaktur produk kimia menjadi poin utama yang membedakan studi ini dari penelitian sebelumnya. Berdasarkan skenario insentif emisi karbon yang diinginkan, instalasi PLTS berkapasitas 8 MW dengan biaya EPC sebesar USD 9.600.000 dan biaya O&M sebesar USD 192.000 menunjukkan hasil yang menjanjikan: Net Present Value (NPV) sebesar USD 7.474.950, Internal Rate of Return (IRR) sebelum pajak terhadap ekuitas sebesar 21%, dan Payback Period selama 6,4 tahun. Hasil ini menunjukkan kelayakan finansial yang kuat dan memperkuat potensi PLTS dalam mendukung efisiensi biaya sekaligus tujuan keberlanjutan. Analisis ini menyoroti pengaruh dari pajak karbon terhadap kinerja proyek, yang menunjukkan bagaimana instrumen kebijakan dapat meningkatkan kelayakan ekonomi sekaligus mengurangi risiko terkait emisi. Dengan mengadopsi PLTS, perusahaan tidak hanya dapat meningkatkan ketahanan operasional dan keamanan energi, tetapi juga sejalan dengan standar ESG yang sedang berkembang serta mengurangi potensi kewajiban pajak karbon. Pada akhirnya, penelitian ini memberikan wawasan berharga bagi para pemangku kepentingan industri dan pembuat kebijakan yang ingin mendorong transisi energi bersih di Indonesia dan mempromosikan praktik industri yang berkelanjutan.