Dalam beberapa tahun terakhir, ekspor dan jumlah produksi tembakau di Indonesia menurun dari tahun ke tahun, sementara impor meningkat. Ini menjadi salah satu indikasi jika permintaan rokok di Indonesia meningkat dan berpotensi untuk tumbuh, sehingga para investor asing tidak ragu untuk investasi besarbesaran di industri tembakau. Industri ini memiliki peran penting dalam ekonomi nasional melalui kontribusi cukai yang besar. HM Sampoerna adalah pemain terbesar dengan market share sebesar 35%. Selain itu ada Gudang Garam, Bentoel, dan Wismilak. Dilihat dari profit, HM Sampoerna adalah yang paling besar di antara yang lain, kemudian diikuti oleh Gudang Garam dan Wismilak. Sementara itu, Bentoel mengalami kerugian di 2016. Tetapi jika perusahaan menghasilkan profit belum tentu menghasilkan value. Menggunakan economic value added (EVA) sebagai alat ukur, sehingga penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah semua perusahaan yang profit juga menghasilkan value added dalam rangka memaksimalkan shareholder-value. Dan melihat faktor apa yang mempengaruhi nilai EVA. Formula of EVA dipecah menjadi tiga level. Level pertama, EVA terdiri dari invested capital dan economic spread. Level kedua, economic spread dibagi menjadi weighted average cost of capital dan return on invested capital. Pada level ketiga, terdiri dari capital structure, cost of capital, NOPAT margin, and invested capital turnover. Analisis sebab-akibat dari tiap level dengan menggunakan successive substitutions method. Hasilnya, dari empat perusahaan yang diuji terdapat dua perusahaan dengan EVA negatif yang disebabkan oleh NOPAT margin yang rendah.
Perpustakaan Digital ITB