Ikan lele, sebagai komoditas akuakultur vital di Indonesia, kini menghadapi ancaman serius
dari kontaminasi mikroplastik. Penelitian ini secara kuantitatif menghubungkan kondisi
infrastruktur budidaya dengan tingkat kontaminasi, mengevaluasi kondisi infrast, dan
merumuskan kriteria pencegahan yang efektif. Metode riset melibatkan observasi lapangan,
wawancara, dan pengambilan sampel air serta ikan (usus dan daging) di sekitar Sungai
Citarum. Sampel diisolasi menggunakan metode oksidasi Fenton dan flotasi ZnCl2 untuk
menghilangkan bahan organik dan memisahkan mikroplastik berdasarkan densitasnya,
kemudian diidentifikasi dan diklasifikasikan berdasarkan bentuk, ukuran, dan warna
menggunakan mikroskop cahaya binokuler. Hasil menunjukkan dominasi mikroplastik
berbentuk fiber dan fragmen berwarna hitam dan transparan. Ikan lele berukuran kecil (4-6 cm)
menunjukkan konsentrasi mikroplastik yang jauh lebih tinggi dibandingkan ikan lele yang
lebih besar (7-9 cm), dengan partikel 0–100 ?m paling dominan di jaringan daging,
mengindikasikan kemungkinan translokasi partikel berukuran sangat kecil. Praktik budidaya
hanya memenuhi 50,67% terhadap standar (FAO, PERMEN KP 22/2024, SNI 6418.3:2014).
Infrastruktur yang buruk, terutama penggunaan terpal sebagai alas kolam, secara langsung
meningkatkan kontaminasi fiber. Oleh karena itu, studi ini merekomendasikan penerapan
kriteria infrastruktur yang lebih ketat, mencakup material kolam tahan degradasi, sistem filtrasi
air, manajemen limbah terstruktur, dan edukasi berkelanjutan bagi pembudidaya.
Perpustakaan Digital ITB