COVER Felix
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Felix
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Felix
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Felix
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Felix
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Felix
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 6 Felix
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Felix
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN Felix
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Deep-Sea Tailing Placement (DSTP) merupakan metode rekayasa untuk
pembuangan limbah tambang yang menawarkan keunggulan operasional dan
lingkungan. Namun, stabilitas jangka panjangnya masih belum pasti di wilayah
yang terpapar bahaya tsunami. Kajian ini menyelidiki potensi resuspensi material
tailing akibat gelombang tsunami di Samudera Hindia Selatan lepas pantai Pulau
Sumbawa, sebuah kawasan yang dicirikan oleh aktivitas seismik tinggi karena
kedekatannya dengan Busur Sunda. Simulasi numerik dikembangkan
menggunakan software MIKE, yang menggabungkan data batimetri, pasang surut,
gelombang, arus laut, parameter seismik, data salinitas dan suhu, serta
karakteristik endapan tailing. Validasi model terhadap observasi dari stasiun
pasang surut, stasiun gelombang, dan ADCP menunjukkan akurasi yang
memuaskan, dengan error sebesar 2,29% untuk simulasi pasang surut dan 11,40%
untuk simulasi gelombang. Sebaliknya, simulasi kecepatan arus menunjukkan
disparitas yang lebih besar, dengan error terkecil sebesar 23,78%. Skenario
tsunami yang didasarkan pada gempa berkekuatan 8,3 SR pada kedalaman
hiposenter 25 km menghasilkan tinggi gelombang awal sebesar 5,43 m. Propagasi
tsunami dianalisis sepanjang dua transek. Transek pertama membentang dari
sumber gempa ke arah Teluk Cempi, sementara transek kedua melintasi endapan
tailing menuju garis pantai di daerah tanjung. Sepanjang Transek 1, elevasi
tsunami tertinggi tercatat di titik P11 pada ketinggian 10,31 m, yang terletak 550
m dari garis pantai. Sepanjang Transek 2, elevasi tertinggi adalah 2,71 m di titik
T9, yang berada 2 km dari lepas pantai. Hasil simulasi menunjukkan bahwa tidak
terjadi resuspensi tailing akibat tsunami. Hasil ini dapat diatribusikan pada tinggi
tsunami yang relatif kecil yang diamati di atas endapan tailing, jika dibandingkan
dengan yang terjadi di dalam Teluk Cempi. Profil laju arus mendukung temuan ini:
pada titik T8, yang terletak pada kedalaman 800 m, di lokasi penempatan tailing
terdekat dengan garis pantai, kecepatan arus maksimum hanya 0,164 m/s, yang
tidak cukup untuk memulai resuspensi sedimen tailing.
Perpustakaan Digital ITB