Perubahan iklim menimbulkan tantangan kritis bagi rantai pasokan kopi dalam situasi
saat ini, karena sensitivitas tanaman kopi yang tinggi terhadap perubahan suhu dan curah
hujan, yang dapat mengurangi hasil panen. Ancaman ini dirasakan secara riil oleh para
pelaku industri, seperti PT. Singa Garuda Mas, eksportir kopi di Indonesia, telah
mengalami gangguan pasokan karena tekanan iklim, yang mengakibatkan kerugian
pendapatan hingga Rp1,2 miliar dan kegagalan memenuhi target tingkat layanan di atas
90%. Masalah ini berakar pada perencanaan inventaris dan peramalan permintaan yang
tidak akurat, yang diakibatkan oleh ketergantungan pada metode sederhana dan
pengabaian dampak probabilistik dari volatilitas iklim. Penelitian ini bertujuan untuk
merancang kerangka kerja analitis terintegrasi untuk mendukung keputusan sumber yang
tangguh terhadap iklim, dengan tujuan khusus untuk menyeimbangkan efisiensi biaya
dengan ketahanan rantai pasokan dengan mengidentifikasi strategi sumber yang optimal.
Penelitian ini menerapkan pendekatan kuantitatif yang mengintegrasikan analisis prediktif
dan preskriptif menggunakan simulasi probabilistik. Analisis prediktif dilakukan dengan
menggunakan beberapa algoritma machine learning untuk meramalkan pasokan kopi
bulanan berdasarkan data iklim historis, dengan mempertimbangkan indeks makroiklim
sebagai prediktor, dan model deret waktu untuk memperkirakan permintaan berdasarkan
data penjualan perusahaan. Hasil prediksi digunakan sebagai input untuk simulasi
inventaris multi-skenario untuk mengevaluasi satu juta kombinasi Supply Acquisition Rate
(SAR), di mana kinerjanya dinilai menggunakan pedoman SCOR pada aspek Ekonomi
(laba kotor) dan Keandalan (tingkat layanan). Selanjutnya, seratus skenario dengan
kinerja terbaik diuji stabilitasnya melalui simulasi Monte Carlo dan dievaluasi secara
lebih komprehensif dengan menggabungkan aspek Kelincahan (variabilitas laba kotor)
dari kerangka kerja SCOR. Studi ini mengungkapkan bahwa strategi sumber konservatif
di daerah yang bergejolak dan permintaan rendah (seperti Lampung dan Jawa Barat)
dapat menghasilkan kerugian minimal dan stabilitas operasional. Pemodelan dinamis juga
mengidentifikasi wilayah seperti Sumatera Utara sebagai sumber pengadaan strategis
karena kinerja yang baik pada aspek ekonomi, keandalan, dan kelincahan, yang
disebutkan sebagai laba kotor (>Rp40 miliar), tingkat layanan (>90%), dan koefisien
variasi laba kotor (<4%). Dengan demikian, manajemen dapat menggunakan hasil ini
untuk secara eksplisit memprioritaskan wilayah sumber yang paling menguntungkan dan
stabil (seperti Sumatera Utara) dan menerapkan kebijakan inventaris yang berbeda untuk
setiap sumber pasokan sesuai dengan volatilitas dan profil permintaannya. Secara
keseluruhan, studi ini menunjukkan bahwa mengintegrasikan analisis prediktif dan
preskriptif rantai pasokan bersama dengan kerangka kerja SCOR untuk membantu
evaluasi, dapat membantu para pengambil keputusan untuk mengoptimalkan strategi
sumber dalam menghadapi perubahan iklim
Perpustakaan Digital ITB