digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Laporan tesis
PUBLIC Open In Flipbook Nugi Nugraha

Tata guna lahan DAS Citarum Hulu untuk tahun 1994 dan 2001, terjadi perubahan ekstrem di bagian selatan Jawa Barat (sekitar hulu sungai Citarum) berupa konversi hutan menjadi tanah terbuka (semak, belukar atau lahan kering). Konversi hutan menjadi lahan terbuka dengan luas yang memiliki dampak spasial yang berarti berada pada wilayah tersebut menyebabkan peningkatan laju ekspor sedimen tahunan yang melebihi 100 ton/km2 . Penumpukan sedimen ini dapat menyebabkan debit sungai akan menurun dan penumpukan sedimen yang semakin tinggi ini sangat berpotensi dalam mengurangi kapasitas tampung sungai terhadap air hujan yang berintensitas besar, terutama pada saat musim hujan. Penelitian ini memanfaatkan model hidrologi SWAT (Soil and Water Assessment Tool) yang merupakan model terdistribusi yang terhubung dengan SIG (Sistem Informasi Geografis) dan mengintegrasikan dengan DSS (Decision Support System). Lokasi Penelitian berada di Sungai Cikao, Kabupaten Purwakarta. Tahapan penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan studi ini adalah pengumpulan data, delineasi DAS, pendefinisian tata guna lahan dan jenis tanah, pengeditan basis data model, pendefinisian stasiun cuaca, parameterisasi dan pengeditan input, menjalankan model, membaca dan memplot hasil, kalibrasi hasil dan parameter, analisis data. Data yang digunakan adalah peta dasar DAS Cikao, peta Sungai Cikao, data curah hujan pada stasiun cuaca terdekat. Pada skenario eksisting pada tahun 2016, didapat rata-rata nilai TSS sebesar 178 mg/l. Untuk skenario 1 dengan penggunaan lahan berupa perkebunan, didapat hasil rata-rata TSS pada model ini adalah 183 mg/l. Sementara skenario 2 dengan penggunaan lahan berupa hutan menunjukkan rata-rata nilai TSS sebesar 75 mg/l. Pada skenario ke 3, dengan penambahan hutan selebar 50 m di sekitar daerah kritis dan sungai, menunjukkan terjadi peningkatan kualitas sungai. Tetapi skenario yang paling baik dan mungkin untuk dilakukan adalah skenario 4, yaitu dengan menambahkan reservoir pada daerah pertemuan antara 3 anak sungai, yang dapat menurunkan nilai TSS sebesar 20%, yaitu menjadi 142 mg/l.