digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kebijakan larangan ekspor CPO Indonesia pada tahun 2022 telah menciptakan krisis ekonomi yang signifikan dan menempatkan petani kelapa sawit swadaya, aktor yang paling rentan dalam rantai pasok, di bawah tekanan hebat. Kondisi ini memaksa mereka untuk membuat keputusan strategis dalam lingkungan yang ditandai oleh ketidakpastian ekstrem, keterbatasan sumber daya, dan asimetri informasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan strategis para petani untuk memahami bagaimana mereka menavigasi krisis tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) melalui wawancara mendalam dengan petani kelapa sawit. Analisis data dipandu oleh teori Bounded Rationality dan model Proses Pengambilan Keputusan dari Herbert Simon. Temuan menunjukkan bahwa petani tidak melakukan optimisasi, melainkan secara sadar menerapkan strategi pragmatic satisficing yang berfokus pada kelangsungan operasional. Petani menunjukkan kecenderungan untuk merespons dengan cepat, menetapkan prioritas secara hierarkis, dan memilih solusi all-or-nothing sebagai strategi efisiensi kognitif. Ditemukan juga bahwa petani memanfaatkan heuristik sebagai perangkat mental yang adaptif, dan secara bersamaan membangun jaringan informal yang berfungsi sebagai sistem kecerdasan kolektif untuk mengatasi kekurangan informasi. Respons petani bukanlah irasional, melainkan sebuah manifestasi dari adaptive rationality, sebuah konsep yang menunjukkan kapasitas cerdas petani untuk mengembangkan strategi efektif di tengah ketidakpastian ekstrem. Penelitian ini merekomendasikan perbaikan komunikasi pemerintah dan pemberdayaan koperasi untuk meningkatkan ketahanan petani di masa depan.