digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dokumen Asli
Terbatas  Dessy Rondang Monaomi
» Gedung UPT Perpustakaan

Pertumbuhan pengguna e-commerce global yang mencapai 2,77 juta pada tahun 2025 dengan proyeksi 2,86 juta di tahun 2026 dan adopsi arsitektur microservices oleh 85% perusahaan e-commerce enterprise secara global memunculkan tantangan baru dalam mengelola konsistensi data pada transaksi terdistribusi. Meskipun saga pattern telah dikenal sebagai solusi teoritis, kajian empiris yang membandingkan efektivitas pendekatan saga choreography dan saga orchestration dalam konteks e-commerce dan penerapan event sourcing masih terbatas. Penelitian ini menganalisis perbandingan kinerja antara saga choreography dan saga orchestration pada implementasi event-driven microservices dengan pendekatan event sourcing untuk sistem e-commerce. Implementasi menggunakan domain order, inventory, dan payment dengan fokus pada koordinasi terdistribusi versus terpusat. Pengujian fungsional memverifikasi pemenuhan kebutuhan sistem, sedangkan pengujian nonfungsional menganalisis lima metrik, yaitu response time, throughput, success rate, eventual consistency delay, dan CPU usage pada beban 50-6400 virtual users. Hasil menunjukkan saga choreography unggul pada beban rendah dengan response time P50 85-145ms, tetapi mengalami degradasi drastis (P95 2000ms) pada beban tinggi. Saga orchestration menunjukkan kinerja yang lebih baik pada beban tinggi dengan throughput maksimal 4200 sagas/s, success rate 92.5%, eventual consistency 2.2 kali lebih cepat (0.17s vs 0.39s), dan CPU usage yang linear (48-76%). Saga choreography memiliki titik awal CPU rendah (35%), tetapi pertumbuhan eksponensial hingga 102%. Penelitian menyimpulkan bahwa saga choreography optimal untuk sistem skala kecil-menengah (<1600 VUs) dengan efisiensi resources, sedangkan saga orchestration lebih sesuai untuk enterprise dengan traffic tinggi (>3200 VUs) yang memerlukan reliability tinggi.