Transisi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 telah menjadi komitmen strategis
nasional untuk mengatasi krisis iklim global. Pemerintah Indonesia mendukung
agenda ini melalui berbagai regulasi dekarbonisasi sektor energi, seperti Peraturan
Presiden No. 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon dan Permen ESDM
No. 16 Tahun 2022 mengenai target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) di
sektor ketenagalistrikan. Penelitian ini mengembangkan metode inventarisasi jejak
karbon berbasis Life Cycle Assessment (LCA) dengan batasan tertentu, yang untuk
5 (lima) kategori Air Insulated Switchgear (AIS), yaitu: Circuit Breaker (CB),
Disconnecting Switch (DS), Current Transformer (CT), Voltage Transformer
(CVT), dan Lightning Arrester (LA). Emisi dihitung pada dua tahap, yaitu fase
rantai pasok produksi (supply chain phase) dan fase penggunaan (use phase). Hasil
analisis menunjukkan bahwa proses pengujian di pabrik (factory testing) dan
transportasi laut internasional merupakan penyumbang utama emisi karbon dalam
fase rantai pasok produksi. Sementara itu, emisi pada tahap penggunaan menjadi
signifikan untuk peralatan aktif seperti CT dan CVT 500 kV yang beroperasi secara
kontinu. Circuit Breaker 500 kV tercatat sebagai varian dengan emisi tertinggi,
yaitu sebesar 1.279,58 kgCO e per unit, yang disebabkan oleh bobot besar, struktur
kompleks, serta konsumsi energi tinggi saat pengujian. Oleh karena itu, strategi
pengurangan emisi sebaiknya difokuskan pada kategori AIS yang menghasilkan
jejak emisi karbon terbesar. Penelitian ini merekomendasikan strategi mitigasi
berbasis data, seperti pengujian lokal di Indonesia, peningkatan kandungan lokal
(TKDN), dan pemanfaatan energi bersih dalam proses pengujian. Potensi
pengurangan emisi secara total diperkirakan mencapai ±15% tanpa perlu
melakukan perubahan desain teknis peralatan. Temuan ini dapat menjadi dasar
pengembangan sistem pengadaan rendah karbon dan mendukung roadmap
dekarbonisasi PLN menuju NZE 2060.
Perpustakaan Digital ITB