Salah satu perencanaan penyebaran dari Pertamina adalah kawasan Besakih di Bali.
Dalam kebutuhan sederhana ini, Pertamina perlu kajian lebih lanjut untuk
merencanakan jenis SPBU yang akan dilaksanakan, COCO (Company Own Compant
Operate) atau DODO (Dealer Own Dealer Operate). COCO ditemukan menjadi pilihan
yang layak karena DODO menghadapi tantangan besar berdasarkan PESTLE dan
SWOT yang merupakan masalah terkait dengan sikap pemerintah terhadap teknologi
yang lebih hijau seperti kendaraan listrik.
Beberapa opsi pendanaan telah diidentifikasi dan didokumentasikan dengan baik
dengan beberapa batasan yaitu ekuitas, pinjaman, modal ventura, dan transfer operasi
pembangunan. Jika Pertamina membutuhkan SPBU baru dalam hal 20% saja berasal
dari modal (80% pinjaman). Pertamina tidak berhak mendapatkan dana dari modal
ventura karena Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan regulasi
yang kaku.
Untuk pembangunan SPBU baru, bagian yang paling mahal adalah lahan, oleh karena
itu mencari solusi melalui pendanaan lahan adalah pilihan yang paling memungkinkan.
Ditemukan bahwa strategi membangun, mengoperasikan, dan mentransfer (BOT)
adalah pilihan yang sangat menarik. Bagi Pertamina, hal itu menghilangkan keharusan
untuk membeli tanah, sebaliknya bagi pemilik tanah, tanah mereka bisa berguna bagi
mereka dalam 15 tahun ke depan sebelum mereka mendapatkan semua fasilitasnya.
Payback period hanya 3,36 tahun dengan IRR 27,03% lebih tinggi dari WACC. Dalam
hal Pertamina mengambil 80% pinjaman dan 20% ekuitas, NPV akan kembali pada
tahun ke-5 di awal investasi atau tahun ke-4 di awal operasi. Strategi ini membuka
peluang dan solusi baru bagi bisnis karena menghilangkan kebutuhan CAPEX tanah.
Perpustakaan Digital ITB