digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Salah satu perencanaan penyebaran dari Pertamina adalah kawasan Besakih di Bali. Dalam kebutuhan sederhana ini, Pertamina perlu kajian lebih lanjut untuk merencanakan jenis SPBU yang akan dilaksanakan, COCO (Company Own Compant Operate) atau DODO (Dealer Own Dealer Operate). COCO ditemukan menjadi pilihan yang layak karena DODO menghadapi tantangan besar berdasarkan PESTLE dan SWOT yang merupakan masalah terkait dengan sikap pemerintah terhadap teknologi yang lebih hijau seperti kendaraan listrik. Beberapa opsi pendanaan telah diidentifikasi dan didokumentasikan dengan baik dengan beberapa batasan yaitu ekuitas, pinjaman, modal ventura, dan transfer operasi pembangunan. Jika Pertamina membutuhkan SPBU baru dalam hal 20% saja berasal dari modal (80% pinjaman). Pertamina tidak berhak mendapatkan dana dari modal ventura karena Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan regulasi yang kaku. Untuk pembangunan SPBU baru, bagian yang paling mahal adalah lahan, oleh karena itu mencari solusi melalui pendanaan lahan adalah pilihan yang paling memungkinkan. Ditemukan bahwa strategi membangun, mengoperasikan, dan mentransfer (BOT) adalah pilihan yang sangat menarik. Bagi Pertamina, hal itu menghilangkan keharusan untuk membeli tanah, sebaliknya bagi pemilik tanah, tanah mereka bisa berguna bagi mereka dalam 15 tahun ke depan sebelum mereka mendapatkan semua fasilitasnya. Payback period hanya 3,36 tahun dengan IRR 27,03% lebih tinggi dari WACC. Dalam hal Pertamina mengambil 80% pinjaman dan 20% ekuitas, NPV akan kembali pada tahun ke-5 di awal investasi atau tahun ke-4 di awal operasi. Strategi ini membuka peluang dan solusi baru bagi bisnis karena menghilangkan kebutuhan CAPEX tanah.