digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Neuropati Perifer Diabetes (NPD) adalah komplikasi diabetes yang paling umum terjadi pada penderita diabetes, yang termanifestasi dalam gejala sensorik abnormal seperti hyperalgesia (peningkatan sensitivitas nyeri) dan allodynia (sensasi nyeri terhadap rangsangan yang tidak berbahaya). Rasa sakit yang terus-menerus pada penderita NPD diketahui berdampak buruk pada fungsi psikososial dengan meningkatkan tingkat kecemasan dan depresi yang bersifat kolektif menurunkan kualitas hidup pasien diabetes. Minyak buah merah (red fruit oil, RFO) merupakan produk alami yang banyak digunakan dalam bidang makanan dan medis dengan manfaat seperti antidiabetes, antiinflamasi, dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki efek potensial RFO pada neuropati perifer diabetes dengan perilaku depresi dan kecemasan pada model tikus yang diinduksi oleh streptozotosin (STZ). Pada penelitian ini, model hewan diabetes diinduksi dengan injeksi intraperitoneal STZ 55mg/kg BB dalam buffer sitrat pH 4,5. Keberhasilan induksi divalidasi dengan peningkatan kadar glukosa darah, peningkatan jumlah asupan makan, minum, peningkatan volume urin serta perubahan histopatologi pankreas dan hati. Pada penelitian ini kelompok diabetes yang telah diinduksi dengan STZ mengalami peningkatan kadar glukosa darah, peningkatan jumlah asupan makan, minum, peningkatan volume urin hingga minggu ke-6. Pemberian RFO selama 3 minggu mampu memperbaiki kondisi diabetes. RFO juga diketahui mampu memperbaiki kerusakan pada sel beta pankreas dan lebar vaskular dihati tikus. Pengujian NPD dilakukan dengan metode thermal hyperalgesia dan cold allodynia. Pada pengujian cold allodynia setelah pemberian perlakuan selama 3 minggu, diamati bahwa waktu latensi terhadap rangsang dingin pada kelompok NPD (4,15±0,33 detik), kelompok yang diberi pembawa setelah induksi, dan kelompok RFO 0,3 mL/kg (4,39±0,42 detik) menunjukkan penurunan waktu latensi yang berbeda signifikan (P<0,05) dibandingkan dengan kelompok normal (15,09±0,45 detik). Sementara kelompok pregabalin 30mg/kg (9,39 ±0,58 detik), RFO 0,6 mL/kg (6,46±0,41 detik), dan RFO 1,2 mL/kg (7,14±0,46 detik) menunjukkan peningkatan waktu latensi yang berbeda signifikan (P<0,05) jika dibandingkan dengan kelompok NPD. Pola serupa teramati pada hasil pengujian thermal hyperalgesia. Setelah pemberian perlakuan selama 3 minggu diamati bahwa waktu latensi pada rangsang panas kelompok NPD (3,94±0,75 detik) dan kelompok RFO 0,3 mL/kg (4,34±0,30 detik) menunjukkan perbedaan signifikan (P<0,05) jika dibandingkan dengan kelompok normal (10,94±0,09 detik). Sementara kelompok pregabalin (9,38±0,46 detik), RFO 0,6 mL/kg (6,54±1,06 detik), dan RFO 0,6 mL/kg (6,82±0,48 detik) menunjukkan peningkatan lama waktu latensi yang berbeda signifikan (P<0,05) jika dibandingkan dengan kelompok NPD. Pengujian perilaku ansietas dilakukan dengan metode elevated plus maze (EPM) dan open field (OF). Pada pengujian EPM, teramati penurunan waktu okupasi bagian tengah ruang dan jarak eksplorasi pada kelompok NPD (3,25±2,63 detik; 0,35±0,22 m) jika dibandingkan kelompok normal (17,75±8,732 detik; 1,059±0,206 m), yang merepresentasikan tanda kecemasan melalui tempat terbuka. Pemberian RFO 0,6 mL/kg (14,50 ±2,64 detik; 0,97 ±0,31 m) dan RFO 1,2 mL/kg (16,25±4,71 detik; 1,163±0,22 m) dan pregabalin (13,75±3,94 detik; 1,00±0,25 m) meningkatan jarak eksplorasi dan waktu di ruang terbuka. Pengujian OF menunjukkan penurunan jarak tempuh dan lama waktu ditengah ruang yang berbeda secara signifikan (P<0,05) pada kelompok NPD (0,41±0,38 detik; 0,47±0,06 m) jika dibandingkan dengan kelompok normal (2,50±0,57 detik; 2,83±0,11 m). Pemberian RFO 0,6 mL/kg (3,25±1,50 detik; 2,046±0,74 m), dan RFO 1,2 mL/kg (3,50±1,73 detik; 2,28±0,30 m) serta pregabalin 30mg/kg (2,50±1,73 detik; 0,89±0,11 m) menunjukkan peningkatan lama waktu ditengah ruang dan jarak eksplorasi berbeda signifikan (P<0,05) pada pengujian OF. Pengujian depresi dilakukan menggunakan metode forced swimming test (FST) melalui penghitungan waktu imobilitas. Tikus NPD (139,30±16,30 detik) menunjukkan peningkatan lama waktu immobilitas yang berbeda signifikan (P<0,05) jika dibandingkan dengan kelompok normal (22,00±2,94 detik). Pemberian RFO 0,6 mL/kg (19,00±6,37 detik) dan RFO 1,2 mL/kg (20,00±11,05 detik) serta pregabalin 30mg/kg (32,00±18,83 detik) secara signifikan (P<0,05) menurunkan waktu immobilitas. Hasil uji perilaku dikonfirmasi dengan pengujian parameter oksidatif, inflamasi, plastisitas, serta histopatologi pada sciatic nerve dan spinal cord. Parmeter oksidasi yang diuji meliputi kadar malondialdehid (MDA), glutation (GSH), katalase, dan NRF2. Sementara parameter inflamasi meliputi kadar IL-6, TNF-a, NFkB dan iNOS. Adapun parameter plastisitas diketahui melalui pengukuran kadar BDNF dan synaptophysin. Hasil pengukuran kadar MDA, di sciatic nerve dan spinal cord secara berturutturut, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan signifikan (P<0,05) pada kelompok NPD (177,30±11,76 mM; 205,20 ±11,65 mM), jika dibandingkan dengan kelompok normal (94,42±12,99 mM; 129,40±4,33 mM). Pemberian RFO 0,6 mL/kg (117,50±17,57 mM; 144,80±12,39 mM) dan 1,2 mL/kg (128,00±13,90 mM; 121,90±4,21 mM) menurunkan kadar MDA secara signifikan (P<0,05). Pregabalin teramati juga menurunkan kadar MDA (172,80±4,54 mM; 144,80±4,70 mM). Pada pengukuran kadar GSH di sciatic nerve dan spinal cord, diamati adanya penurunan signifikan (P<0,05) pada kelompok NPD (0,18±0,02 mg/dL; 0,36±0,02 mg/dL) dibandingkan kelompok normal (0,33±0,08 mg/dL; 0,96±0,24 mg/dL). Kadar kembali meningkat signifikan (P<0,05) setelah pemberian RFO 0,6 mL/kg (0,35±0,02 mg/dL; 0,56±0,13 mg/dL), RFO 1,2 mL/kg (0,48±0,05 mg/dL; 0,53±0,03 mg/dL) dan pregabalin (0,26±0,02 mg/dL; 0,48±0,04 mg/dL). Penurunan kadar katalase di sciatic nerve dan spinal cord juga teramati pada kelompok NPD (2,19±0,05 U/mL; 1,79±0,24 U/mL) berbeda secara signifikan (P<0,05) jika dibandingkan kelompok normal (3,31±0,37 U/mL; 2,49±0,13 U/mL). Kadar kembali meningkat signifikan (P<0,05) setelah pemberian RFO 0,6 mL/kg (2,95±0,25 U/mL; 2,37±0,20 U/mL), RFO 1,2 mL/kg (3,10±0,53 U/mL; 2,34±0,28 U/mL) dan pregabalin (2,40±0,10 U/mL; 2,07±0,10 U/mL). Kadar NRF2 sciatic nerve dan spinal cord menurun pada kelompok NPD (765,00±29,96 ng/mL; 710,10±92,51 ng/mL) dibandingkan kelompok normal (812,20±57,64 ng/mL; 749,60±35,89 ng/mL). Kadar kembali meningkat setelah pemberian RFO 1,2 mL/kg (880,60±61,36 ng/mL; 826,30±31,96 ng/mL) dan pregabalin (819,30±41,32 ng/mL; 846,60±22,31 ng/mL). Kadar sitokin proinflamasi IL-6 sciatic nerve dan spinal cord kelompok NPD (113,0±8,120 pg/mL; 212,2±16,31 pg/mL) menunjukkan peningkatan signifikan (P<0,05) dibandingkan dengan kelompok normal (68,98±6,246 pg/mL; 152,8±8,159 pg/mL). Pemberian pregabalin memperbaiki parameter IL-6 (101,9±3,55 pg/mL; 150,20±5,66 pg/mL). Pemberian RFO 0,6mL/kg (96,32±5,042 pg/mL;176,5±6,439 pg/mL). menurunkan kadar IL-6 secara signifikan (P<0,05) pada saraf satik dan spinal cord Hal serupa terjadi setelah pemberian RFO 1,2 mL/kg (95,66±4,297 pg/mL;168,2±6,994 pg/mL). Peningkatan sitokin proinflamasi TNF-?di sciatic nerve dan spinal cord pada kelompok NPD (35,21±4,90 pg/mL; 59,04±16,36 pg/mL) meningkat signifikan (P<0,05) jika dibandingkan kelompok normal (21,19±1,10 pg/mL; 23,36±2,45 pg/mL). Pemberian pregabalin memperbaiki parameter TNF-?(18,30±1,80 pg/mL; 25,55±4,240 pg/mL). RFO 0,6ml/kg (21,25±2,697 pg/mL; 29,36±4,252 pg/mL) dan RFO 1,2mL/kg (19,25±0,236 pg/mL; 24,54±3,223 pg/mL) mengembalikan kadar TNF-?di sciatic nerve dan spinal cord. Pola serupa juga teramati pada kadar NF?B yang meningkat signifikan (P<0,05) pada kelompok NPD (5,60±0,62 ng/mL; 4,78±0,59 ng/mL) dibandingkan kelompok normal (4,61±0,16 ng/mL; 3,28±0,40 ng/mL). Pemberian pregabalin memperbaiki parameter NF?B (3,624±0,3344 ng/mL) hanya ditulang belakang. Pemberian RFO 0,6mL/kg (4,685±0,5213 ng/mL) dan RFO 1,2 mL/kg (4,624±0,2517 ng/mL) mengembalikan kadar NF?B secara signifikan (P<0,05) hanya pada saraf satik. Faktor inflamasi iNOS meningkat signifikan (P<0,05) pada kelompok NPD (60,19±2,72 ng/mL; 58,00±3,89 ng/mL) dibanding kelompok normal (51,00±1,74 ng/mL; 47,02±6,38 ng/mL). Pemberian pregabalin memperbaiki parameter iNOS (49,73±3,02 ng/mL; 53,37±2,40 ng/mL) pada sciatic nerve dan spinal cord. Pemberian RFO 0,6 mL/kg (47,77±1,12 ng/mL) dan RFO 1,2 mL/kg (45,90±0,82 ng/mL) mengembalikan kadar iNOS secara signifikan (P<0,05) hanya pada spinal cord. Hasil uji histopatologi sciatic nerve dan spinal cord, baik dari pemotongan transversal maupun longitudinal menunjukkan perubahan yang signifikan (P<0,05) pada kelompok NPD jika dibandingkan dengan kelompok normal. Perubahan yang teramati adala gliasi dan demielisasi pada sciatic nerve, serta dilatasi vaskular pada spinal cord. Pemberian pregabalin serta RFO 0,6 dan 1,2 mL/kg memperbaiki perubahan histologi tersebut secara signifikan (P<0,05). Secara umum, penelitian ini menunjukkan RFO dapat memperbaiki NPD pada model tikus imbasan STZ beserta perilaku ansietas dan depresif yang mengikutinya dengan menarget jalur oksidatif dan inflamasi pada spinal cord dan sciatic nerve. Hasil tersebut, lebih jauh, menyiratkan potensi RFO untuk dikembangkan sebagai salah satu moda penanganan NPD.